Starry Sun

Sabtu, 12 Desember 2015

Andai Ini Surat Terakhirku

Andai saja ini surat terakhirku. Aku akan meminta maaf kepada semua orang yang pernah aku sakiti. Pula memaafkan sesiapapun yang telah menyakitiku. Baik dia tahu, maupun ku rasa sakitnya ku pendam saja. Karena aku tidak mau pergi dengan membawa rasa sakit dan meninggalkan rasa sakit.

Jumat, 11 Desember 2015

November Rain

Hujan di bulan November ini mengingatkanku akan sebuah kisah yang penuh dengan hujan air mata. Masih di bulan dingin ini juga kejadiannya. Tepat dimana kamu memunggungiku dan berlari jauh. Bahkan hanya sekelebat bayangan pun tak sanggup ku temukan. Ku kira kamu memang tidak mau lagi melihat batang hidungku barang sedetikpun.

Rabu, 18 November 2015

Bagaimana Jika Aku Tidak Ada?

Bagaimana jika aku tidak ada? Apakah kamu akan bangun setiap pagi dengan sapaan dari suara perempuan yang berbeda? Apakah kamu akan dibangunkan oleh alarm yang tidak bernyawa? Apakah kamu akan bangun karena pantulan sinar matahari di kaca jendela dari hordeng yang disingkap oleh seseorang? Atau kamu akan bangun dengan keadaan linglung karena pagimu tidak berunsur aku?

Selasa, 17 November 2015

Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu?

Aku tidak bisa.
Aku tidak bisa melupakanmu barang seharipun, sejampun, semenitpun, bahkan sedetikpun. Aku bahkan telah melupakan apa alasan kita berperang ego. Menggugurkan ratusan janji dan komitmen yang tlah kita rangkai sendiri. Serta melucuti ribuan kenangan yang tlah kita rajut sepanjang kisah. Aku pun lupa bagaimana caranya kita melupakan itu semua.

Jumat, 30 Oktober 2015

Kapan Kita Bisa Memulainya

Kau buru aku dengan macam rupa persoalan
Apa, bagaimana, kapan, seperti apa
Buih-buih busa bermunculan dari mulut
Letih menjawab

Tidakkah kamu lupa?
Perihal waktu yang tak bisa dipermainkan
Perihal waktu yang tak bisa diterka
Perihal waktu yang tak bisa kau miliki

Bahkan angka-angka pada layar komputermu
Tak serta merta dapat menaksir
Bagaimana laluannya masa depan
Lagi-lagi kau desak aku
Apa, bagaimana, kapan, seperti apa

Bukankah jalannya jam terus ke arah kanan
Maka tinggal lalui
Resapi
Pahami
Dalami
Hingga kita bisa mulai lembar yang baru
Dan mulutmu bungkam
Tak mempertanyakan lagi perkara itu

----------***----------
Tema: Masa depan
Untuk buku Malam Puisi Palembang

Minggu, 25 Oktober 2015

Kabar Kabut Kepada Kawan

Fajarnya tak lagi syahdu, kawan
Merahnya padam dibawa kabut nan rimbun secara biadap
Anginnya debu berupa abu-abu kelabu
Segarnya hilang mengerutkan paru menggersangkan kalbu
Paru-paruku serupa mengkudu alum dan menciut

Siangnya tak terik lagi, kawan
Padatnya kabut memayungi kepala bumi
Wangi-wangi kami menjadi serupa, tak lagi rupa-rupa
Asap, debu dan abu melekati helaian rambut
jalan-jalan berselimut serbuk-sebuk

Senjanya tak rupawan lagi, kawan
Kami kehilangan terminal menuju malam
Retas pula hati para pujangganya
Sebab lesaplah salah banyak sumur inspirasinya
Termangu menanti senja kembali pulang pada peraduan

Malam kami tak berbintang lagi, kawan
Bintik-bintik kecilnya tak lagi berpendar
Pijarnya terlalu ringkih tuk mengemban tugas pancarkan bumi
Meringkas malam lebih lekas dari biasanya
Sebab gemintang telah patah hati pada bumi pertiwi

Tidur kami tak lelap lagi, kawan
Menyesap asap terlalu khidmat
Malam kami mencekam kala malam makin meninggi
Sesaknya sampai tak karu-karuan megkhawatirkan kami
Kelak pada suatu subuh, kami tak sanggup membuka mata lagi
Barangkali satu persatu bunga gugur bertabur di makam nanti

Senin, 19 Oktober 2015

Serupa Inilah Caraku Melupakanmu

Lagi lagi tentang aku yang grasak-grusuk melupakanmu. Tidak ganjil karena memang itu bukan hal mudah yang bisa dengan sekali jentikan jemari terwujudi. Menimbang-nimbang apakah ini akan berlalu dengan lekas, atau aku harus menikmati beberapa fase selit-belit lagi. Menahan debar demi debar kala romansa itu dengan tidak tahu dirinya menyembul secara gamblang.

Senin, 12 Oktober 2015

Melanjutkan Perjalanan


Detik jam menemani deraian air mata yang tak lelah merayap turun. Ada begitu banyak barisan kata yang ku tulis malam ini. Entah itu marah, sedih, gembira dan kesal menjadi satu. Bahkan tetesan air hujan yang mengetuk-ngetuk dari balik kaca malam ini pun tak mengganggu konsentrasiku melanjutkan curahan ungkapan perasaan yang selama ini tak pernah terungkapkan. Jelas ada begitu banyak tinta yang meluber di atas kertas putih itu selama aku menulis. Terserah. Bahkan aku sudah tidak peduli lagi bisa atau tidak kamu membacanya.

Selasa, 06 Oktober 2015

Hati Hari Ini



Hari ini, ku tilik ke dalam diri
Ada sebongkah hati yang telah lama tak ku mengerti
Ia berserakan, bekas dirobek tangan-tangan masa lalu
Ia dicaci sedemikian tak manusiawi
Hingga compang-camping

Istirahatlah, wahai puan
Tak hentinya bermuram durja
Tak henti-hentinya bersekarat ria
Puan yang baik hatinya, yang sekarat hatinya

Hari ini ku tilik ke dalam diri
Ada sebongkah hati yang telah lama tak ku pahami
Lantas telah membaik dari sejak beberapa abad lalu
Hanya saja lukanya, hanya saja darahnya
Membekas tak lekas pulih

Istirahatlah, wahai puan
Sebab hati tak butuh obat ampuh paling ampuh
Tak butuh tangis paling merana pula
Sebab hati hanya butuh waktu
Sebagai penawar hati yang membiru dan memburu

Aku percaya puan
Bahwasanya hati mengemas haru paling biru
Pula menyimpan kemilau paling silau

----------***----------
Tema: Hari ini
Untuk buku Malam Puisi Palembang

Sabtu, 19 September 2015

Perihal Hati

Setiap orang menginginkan hatinya dijaga. 
Tetapi sebagian orang lupa setiap orang pula punya hati.

Selasa, 15 September 2015

September kelabu lagi

Bukankah Septemberku selalu kelabu?
They broke me so hard, to saved her heart. But they forget, i have a heart too.

Sabtu, 05 September 2015

Lekat-lekat kebersamaan

Jari-jari kita bertautan, menjelma rajut-rajut keeratan
Bagai hirupan nafas, hembusannya direkam jenuh di otak
Denyut kita pula menyatu, melebur menjadi degup-degup
Peluk erat tak peluh-peluh dicengkeram

Kita riuh , campur dalam kembang api
Tak saling meninggi, berkejaran, bahkan mendahului
Kita pekat, bagai hitam dalam kopi
Rangkul merangkul, bahu membahu, tak berserakan.
Kita menderu bak busur panah
Satu dituju, melesat dalam alur, menancap tanpa ragu

Kata orang kita tak sama
Seperti tangga nada, naik turun tak karu-karuan
Kata orang watak kita berbeda
Seperti hitam dan putih, langit dan bumi
Namun pula dikata-kata orang, kita bak larutan
Mengikat sangat lekat
Sesiapapun tak sanggup lelehkan semangat dalam aliran darah ini

Bila waktu menumpulkan ingatan
Bila waktu, mengikis kepercayaan
Bilamana waktu pula, mengkristalkan nyala obor semerdu padu kebersamaan

Kamis, 03 September 2015

Ini sudah sangat lama

Ini sudah sangat lama, dari semenjak terakhir kita berubah menjadi aku dan kamu. Mungkin sudah bertahun-tahun, puluhan bulan, ratusan minggu dan ribuan hari yang sudah terlewati tanpa ada aku di sampingmu dan tanpa ada kamu di sampingmu.

Sabtu, 29 Agustus 2015

ku temui, kau berubah

aku cari kamu
ku temui, kau ti a da
.................
aku cari kamu
ku temui, kau be ru bah

payung teduh - ku cari kamu

---***---

Aku mencarimu, hingga sudut-sudut kota yang tidak pernah terjamah.
Aku mencarimu, hingga gelap paling gelap ku telusuri meraba-raba.
Aku mencarimu, hingga kaki ini bernanah menempuh jarak tak masuk akal.
Aku menguncang-guncang ragamu meneriakkan "Dimana gerangan keberadaanmu yang dulu?"

Kamis, 06 Agustus 2015

Segalaku Telah Melupakan Segalamu

Ini adalah sequel terakhir dari cerita bersambung. Yuk baca sebelumnya disini bertahun-tahun setelah kepergianmu atau baca dari awal disini satu tahun setelah kepergianmu

----------***----------

Tuan, ini akan menjadi surat terakhir untukmu. Aku berjanji.
Bahkan aku tidak peduli bagaimana kabarmu hari ini. Apakah sudah makan atau belum, apakah masih di perusahaan lama tempat kamu bekerja, atau apakah kamu sudah memiliki pendamping sekarang? Demi tuhan, aku sudah tidak peduli lagi.

Mengapa aku masih mengirimu surat padahal aku sudah tidak peduli lagi? Ya, aku hanya ingin menyampaikan bahwa betapa bahagianya hidupku sekarang. Tanpamu. Setelah bertahun-tahun tanpamu.

Kamis, 30 Juli 2015

Bertahun-tahun Setelah Kepergianmu

Ini adalah cerita bersambungloh. Yuk baca sebelumnya disini dua setengah tahun setelah kepergianmu

---------***----------

Ini sudah bertahun-tahun semenjak kepergianmu. Entah sudah berapa lama aku tlah melewatkan waktu tanpamu. entah sudah berapa ribu momen yang ku lewatkan tidak bersamamu. Entahlah. Aku pun tak pernah tahu lagi kapan terakhir aku mengingatmu. Oh ya, sekarang aku sedang mengingatmu.
Ok, biarkan aku sedikit memutar kaset waktu yang telah ku lewatkan tanpamu. Mungkin aku bisa sedikit ceritakan apa saja yang terjadi selama kamu tak ada.

Rabu, 29 Juli 2015

dua setengah tahun setelah kepergianmu

Ini adalah cerita bersambung. Baca sebelumnya disini yuk dua tahun setelah kepergianmu

----------***----------

Lama. Sangat lama sudah. Itu saja yang bisa aku utarakan. Perihal kisah tanpamu yang bertahun-tahun ku jalani. Mungkin ini akan terdengar bodoh dan berlebihan menurutmu. Tetapi percayalah bahwa selama dua setengah tahun ini, kamu masih ada di pikiranku. Walau memang tak sebanyak dulu.

Obat sakit hati yang paling ampuh itu waktu bukan? Waktu sudah menepati janjinya untuk mengobati robekan yang tercipta. Walau menempuh proses yang sangat lama dan tak mudah. Bayangmu tak selalu menghantui pikiranku lagi. Bayanganmu tak lewat sesering dulu lagi. Meski aku kecolongan bayangan sesekali.

Aku masih tetap begini

Tuan yang telah ku tinggalkan jauh di belakang garis mulai. Setelah kuntum asmara layu tak memunculkan semerbak kebahagiaan lagi. Pada akhirnya kaki ini berani melangkahkan lembaran berisi penuh tentang kisahmu yang temaram dengan genangan penuh dalam bibir mata. Ke lembar putih bersih untuk ku mulai lagi sejumput harapan yang tersisa di akhir pentas.

Minggu, 12 Juli 2015

Akankah masih mencintainya?

Perempuan ini.
Masih dianggap seorang gadis kecil oleh kedua orangtuanya. Tidak pernah diperbolehkan memiliki kekasih dan bepergian berdua saja bersama seorang lelaki walaupun sekarang umurnya sudah menginjak 21 tahun.

Perempuan ini
Masih terlalu manja untuk ukuran gadis seusianya. Sering diambilkan makan oleh ibunya jika tidak keluar-keluar dari kamarnya pada jam makan. Digosokkan baju oleh ibunya ketika ingin bepergian. Dicucikan baju olehnya lagi. Semua yang seharusnya bisa ia kerjakan, selalu dibantu oleh ibunya.

Senin, 06 Juli 2015

puisi skripsi

Jemari ini tlah kaku
Buku-bukunya terlihat usang
Sayu mata hampir tertutup
Menemui pekat menemui tidur

Tintanya hingga terkabur
Membentuk barisan menyusun tumpuk-menumpuk
Sudah penat sungguh mengikat
Tetesan keringat pun telah mengkristal
Berangsur kering

Jalannya memang terjal
Hingga larut tak ku temui tidur
Tak mengapa
Tak sulit tak pula sukses digenggam

Minggu, 21 Juni 2015

dua tahun setelah kepergianmu

Ini adalah cerita bersambung loh. Yuk baca sebelumnya disini satu setengah tahun setelah kepergianmu

----------***----------

Tuan, apa kabar?
Lama sekali tak ku pantau keadaanmu. Terakhir, setengah tahun yang lalu. Ketika aku menulis surat untukmu. Hingga saat ini, tak pernah lagi aku dengan sengaja mencari keberadaanmu seperti awal-kau kamu meninggalkanku. Karena sepertinya, paling pantas adalah aku tak menoleh lagi. Kenapa kali ini aku menulis untukmu? Tetiba, aku mendengar namamu.

Minggu, 24 Mei 2015

lebam masalalu



Lewat kenangan yang gagal diusir
Bersama pekat pahitnya luka membopeng
Dibelenggu malam menghantarkan kepingan tangis menjeruji
Meninggalkan jejak sunyi tanpa bunyi.

Kamis, 21 Mei 2015

satu setengah tahun setelah kepergianmu

Ini adalah cerita bersambung loh. Yuk baca sebelumnya disini satu tahun setelah kepergianmu

Tuan, aku rindu. Itu saja.
Sudah satu setengah tahun lamanya kita tidak bertegur sapa. Dan aku tak menemukanmu dimana-mana. Sebenarnya aku tak pernah ingin berkata ini, namun ternyata merindukanmu adalah hal paling memilukan yang pernah ku tempuh jalannya.

Minggu, 17 Mei 2015

Satu tahun setelah kepergianmu

Satu tahun, tuan. Setelah kepergianmu, rupanya.
dengan sedikit pilu disana sini yang masih sedikit ngilu sesekali. banyak sekali yang berubah dalam satu tahun kepergianmu. tentangku, tentangmu, tapi tidak masalalu. masalalu kita tidak pernah berubah. iyalah, tiada satupun yang bisa merubah bahwa kamu pernah benar-benar mencintaiku dengan sangat dalam. tiada satupun yang bisa merubah bahwa aku pernah mempertahankanmu dengan amat. tiada satupun yang bisa merubah bahwa kita pernah saling menyakiti dulu.

Jumat, 08 Mei 2015

laki-laki pemetik gitar

Malam itu.
Ada sepasang lengan yang mendekap erat sebuah gitar. Lantas jari-jemarinya dengan luwes memetik tali temali. Lantunan irama yang bermuram durja menggelitik gendang telinga. Terseok-seok diksi demi diksi mengiringi dentingan tali temali ini. Memantik keberanian memunculkan satu tanda tanya. Siapa lelaki ini?

Jumat, 17 April 2015

Kamu tidak akan pernah tahu rasanya

Pernahkah kamu punya orang yang spesial di hidup kamu? Oh pasti jawabannya pernah. Bukan itu sebenarnya pertanyaanku, tapi siapakah orang yang paling spesial di antara orang-orang yang lalu lalang di kehidupanmu? Pasti kalian punya satu nama. Entah itu orang terakhir yang pergi, entah itu cinta pertama, entah itu orang yang selalu ada di samping kamu, entah itu kekasih kamu yang sekarang, atau orang yang pernah menjadi bagian hidupmu dulu. Saya rasa setiap orang pasti punya orang yang paling spesial yang pernah ada. Termasuk saya sendiri.

Sabtu, 11 April 2015

Hello, goodbye

Dia, laki-laki yang sudah sedikit lama mencampuri hidupku. Menjadi tempat berbagi yang hangat mengusir abai yang terlalu dingin untuk didekap. Aroma risau berhasil ditepisnya dari rongga-rongga keraguanku. Sudah terlalu letih diri ini jika untuk beramah-tamah pada orang yang hanya ingin mengintip kehidupanku. Tapi laki-laki ini, sudah dapat mencuri kerlingan dan meluruhkan segala keluh.

Aku kira kamu orang yang tepat. Sebagai pengganti orang-orang sebelumnya. Aku kira kamu orangnya. Yang akan menetap dan menghuni rumah hati yang diporandakan penghuni sebelumnya. Aku kira kelanaanku berhenti di kamu. Dengan senyuman letih ekspedisi pencarian belahan jiwa yang akan melengkapi.
Ternyata tidak.

Mengapa tidak kamu?

Sepeninggalan kamu pergi.
Aku bertemu dengan seseorang. Dia baik sekali. Umurnya sama denganku, hanya saja sudah tamat lebih dulu.
Kami berbincang banyak hal, dia asik. Tapi mungkin tidak seasik ketika pertama kali kita bertemu. Bahasa tubuhnya agak kaku, mungkin dia masih canggung. Aku pun sama. Tidak menatap matanya ketika berbicara. Tidak seperti denganmu. Dulu.

Sabtu, 14 Maret 2015

Demi Tuhan, aku kecanduan

Aku adalah seekor burung yang lepas dari sangkar. menikmati hembusan angin yang menerpa sejuk di sekujur kepak sayap yang terbungkus oleh putihnya bulu-bulu. Menikmati titik-titik rinai hujan yang merembes melembabkan lalu jatuh menjadi embun. Merasakan masuknya sinar mentari di pelupuk mata sambil ku kepak sayapku arahnya. Namun, ternyata aneh. Ciptaan Tuhan ini ku nikmati sendiri di tepian telaga hidup. Menengok arah darimana akan datangnya teman hidup disematkan?

***

Senin, 09 Maret 2015

lelaki pembohong yang bodoh

Ini cerita bersambung loh. Jadi sebelum baca postingan ini baca postingan sebelumnya yuk di SEPANJANG MALAM
Selamat membacaaa


Kamu tahu? Kesalahan semesta hanya satu, mempertemukan kita. Mempertemukan seorang laki-laki penipu ulung yang pintar menyilat lidah dengan seorang perempuan bodoh yang berusaha tulus mencintainya. Akhirnya? Jangan ditanya. Sungguh miris. Aku mati dehidrasi kehabisan airmata.

sepanjang malam

Malam itu. Aku mengirimimu sebuah video berbahasa Inggris lewat chat. Setelah sebelumnya tak pernah aku mengirim chat duluan walau hanya bertanya kabar setelah peristiwa kamu tak kunjung datang. Lantas kamu tanya
"Apa isinya? Nggak ngerti,"
"Buka google translete." "Jika kamu ada waktu," lanjutku. Percakapan kita terhenti sampai disana.

Jumat, 06 Maret 2015

kopdar #4mazingKK regional Palembang!


Karena detik-detik yang melaju tidak akan pernah menarik mundur dirinya. Lantas sesiapa yang dapat berani bertaruh pada kekuatan molekul-molekul ingatan yang sejatinya, hanya mampu mengingat sepesekian memori yang kita sebut kenangan dalam dimensi yang lama? Maka, menulislah... Untuk dapat kita sesap lagi setiap bagian dari kejadian lampau yang tak pernah kembali. Mungkin dapat menimbulkan simpulan sudut-sudut bibir yang melengkung barang beberapa detik. Atau dapat menciptakan "masa depan" dari "kenangan".

***

Jumat, 27 Februari 2015

first gathering Blogger Unsri tahun 2015

Apa itu BLOGGER UNSRI?
Blogger Unsri adalah suatu komunitas yang isinya anak gaul blogger-blogger dari seluruh penjuru mahasiswa/i Universitas Sriwijaya. Kami sekumpulan boy/girlband mahasiswa/i yang aktif kuliah dan beberapa alumni yang masih keep in touch dan gagal move on dari Blogger Unsri hihi.

Minggu, 22 Februari 2015

laki-laki di tempat

Laki-laki di ujung senja yang menggelapkan mata. Dari pupil mata ini seluruhnya memancarkan auramu. Tak peduli seberapa hitam bayanganmu, bagiku merah muda tak pernah lari dari sana.
Laki-laki di ujung pengharapanku. Dari balik doa-doa yang terpanjat dengan rapi, ada begitu banyak sujud yang ku mohonkan pada-Nya untuk memintamu ada. Menciptakan sebait-bait isak yang menenangkan jiwa. Rupa-rupa kamu yang setidaknya hinggap barang sejenak.

Kamis, 12 Februari 2015

pemungut pecahan rindu

Tuan, tiba-tiba saja wanita pemungut pecahan rindu ini mengingatmu.
Ada begitu banyak rindu yang tidak bisa pulang rupanya. Berkeliling mencari jalan hingga larut malam dan fajar menjelang. Padahal sebenarnya jarak kita tidak terpaut jauh. Hanya saja selarik rindu ingin sampai padamu tanpa harus menatap hitam manik matamu. Sungguh separuh duniaku tanpa disuruh padamu tertuju.

Selasa, 27 Januari 2015

teruntuk calon ayah dari anak-anakku

Untukmu, seseorang yang ntah berada dimana
Hai, apa kabar? Aneh ya tiba-tiba bertanya kabar padahal kita mungkin bahkan belum pernah bertemu sebelumnya

Eh, atau mungkin saja kamu adalah orang yang pernah ku temui di halte saat aku menunggu bis atau trans musi ketika hendak pergi kuliah ke Indralaya. Atau kita mungkin pernah bertemu di pasar saat mamaku meminta untuk ditemani belanja dan ternyata kamu sedang mengantar ibumu kesana. Atau mungkin juga kita pernah bertemu saat sedang makan siang di salah satu restoran di mall. Siapa tahu? Bahkan mungkin kamu adalah orang yang pernah satu kelas denganku ketika masih duduk di bangku sekolah. Yah, siapa yang tahu kan?

Sabtu, 24 Januari 2015

Ratapan kasih untuk Tuhanku

Oh Tuhan, terlampau jauhkah aku
Hingga Kau enggan mendengar rasaku?

Aku berteman dengan ketidakpuasan
Dengan sebuah asa yang hanya menuntut lebih
Dibalik semua keterbelakanganku
Dan keluhan yang selalu membentengiku, darimu
Alam resah gelisah yang menyelubungi
Membuat gigil ini menjadi-jadi
Lalu dimana letak keabadian yang aku cari?

Kamis, 08 Januari 2015

Mungkin jika tidak ada aku

Jika kesabaran tidak lagi dapat membuat kamu berpikir jernih dan berubah, maka mungkin ada jalan lain
Mungkin sebuah kehilangan akan mengajarkan kamu untuk menghargai sebuah kehadiran
Mungkin sebuah lambaian tangan akan mengajarkan kamu arti seorang teman berbagi
Mungkin sebuah punggung yang makin menjauh akan mengajarkan kamu arti kesetiaan
Mungkin sebuah langkah kaki menjauh mengajarkan kamu arti hangatnya sepasang
Mungkin jika memang kamu sudah tidak mengerti arti dicintai lagi, sebuah kepergian dapat mengajarkan kamu arti sebuah kekosongan.