Starry Sun

Selasa, 12 Juli 2016

Perempuan dalam bimbang

Karena cinta saja tidak cukup kan?
Aku pernah benar-benar mencintaimu, seluruh negeri tahu akan itu. Tak mudah mencapai posisi itu, butuh ribuan rintangan yang harus dilalui  dulu.
Aku masih mencintaimu, karena ku hargai semua jerih payah kita dulu. Ku hargai semua keringat yang bercucuran untuk mencapai posisi ini. Karena aku tahu tidak mudah mencapainya.
Tapi karena itu, aku menyadari satu hal. Apa ini cinta yang benar? Yang bertahan karena alasan terlalu banyak yang dikorbankan? Yang bertahan karena alasan sudah mencintai?
Tapi kau tahu benar, bahwa cinta saja tidak cukup untuk melanjutkan ini.
Tapi aku tahu benar, cinta saja memang tidak cukup.

Minggu, 24 April 2016

#AprilNulis Rindu

Kita berlarian, menimba kebahagiaan untuk mengisi cawan satu sama lain yang sudah kerontang. Dengan selendang yang kukibarkan di atas kepala, kau membuntuti langkah demi langkah sambil meriakkan tawa. Padang rumput yang hijau bagai permadani, memanjakan kaki telanjang kita, sedikit berair bekas dibasahi hujan fajar tadi.

Napas kita tersengal-sengal, berusaha memenuhi setiap titik rongga dada dengan oksigen. Kurebahkan diri, di samping tubuhmu. Membahanakan gelak tawa sambil menggelitik perut sendiri. Tawaku, terlalu keras, terlalu dibuat-buat. Ku sedang menilik, bagaimana rasanya jemarimu sampai pada perutku untuk membuatku tergelak.

"Langitnya biru," ucapku sambil menatap lurus ke arah langit yang bersih, bahkan dari awan sekalipun.
"Tidakkah kau merindukan aku?," kupalingkan wajah ke arahmu.
Wajahmu, abu-abu, dengan bibir yang pucat, masih menyunggingkan senyum tipis khas milikmu. Sedikit demi sedikit tanganku berpindah ingin mengelus lembut wajahmu.

Sedikit lagi... .
Sebentar lagi sampai... .
Satu senti lagi... .
Namun, kuhentikan hingga tinggal 3 mili lagi. Aku takut. Bukan takut kau berang disentuh olehku.
Melainkan... .
Ku sentuh wajahmu, tembus, hingga aku dapat menyentuh rumput di bawah kepalamu.
Melainkan, aku takut menyadari bahwa kamu hanyalah sebuah khayalanku, berebahan di sampingku selama beberapa saat, untuk menghilangkan rasa rindu yang membuncah sejak kehilanganmu beberapa tahun lalu.

"Kembali," ucapku lirih. Masih dengan tangan yang menggapai-gapai wajahmu yang tersenyum.
"Aku mohon, kembali," tangisku makin deras, sederas hujan fajar tadi.
Kubuka mata, bayanganmu yang tembus itu, makin pudar perlahan-lahan. Meninggalkan bekas asap putih di udara. Masih seperti sebelumnya, meninggalkan aku yang tidak akan pernah siap untuk ditinggalkanmu.
"Kumohon...kembali...," usapku pada batu nisanmu.

----------***----------

Untuk #AprilNulis tema reinkarnasi

Jumat, 22 April 2016

#AprilNulis Hanya Secangkir Kopi

Aku hanyalah secangkir kopi.
Yang kau cari ketika stres melanda. Menjadi media sebagai penyerap hari sialmu, dan dihabiskan dengan berbagai umpatan dalam pikiranmu. Aku habis demi menenangkanmu.

Jumat, 15 April 2016

#AprilNulis Hujan Kata-Kata Mampiri Kami

"Makanya jadi cewek tuh yang bener-bener kayak cewek, begok sih!," ujarnya sambil menunjuk-nunjukku.
"Kamu yang bodoh!," teriakku berani.
"Kamu yang begok! Dasar cewek nggak tau diuntung! Nggak pernah bener kalo berbuat! Masih mending masih ada yang mau. Kamu pikir aku bahagia sama kamu hah? Pikir pake otak!," teriakmu lebih dahsyat lagi. Kemudian pergi. Begitu saja. Meninggalkanku.

Selasa, 12 April 2016

#AprilNulis Surat Untuk Seorang Gadis

Gadisku, istri yang paling aku cintai di muka bumi ini. Bagaimana di sana Sayang? Apakah surga sangat begitu damai bagimu, sampai-sampai ingin pergi mendahului aku? Lantas kenapa kamu turut mengajak si kecil juga? Kenapa tidak mengajakku sekalian? Siapa tahu kita bisa piknik bertiga.

Gadisku, istri yang paling aku sayangi di jagat raya ini. Sudahkah aku bicara rindu hari ini? Aku tidak pernah lupa untuk mengecup lembut fotomu yang sedang hamil dan memagut daster lusuhmu setiap pagi. Aku menemukannya di ember kering yang belum kamu cuci dulu, dan tidak berniat untuk kucuci. Agar aku bisa merasakan hawa tubuhmu menyelangkupiku setiap pagi. Meskipun aku paham benar, kamu tidak akan pernah mengenakannya lagi.

Gadisku, istri yang paling anggun yang pernah kumiliki. Aku membuat sebuah syair untukmu, akan aku tuliskan di surat ini, Sayang.

Dan tak akan pernah aku sadari sebelumnya
Bahwa mentari fajar itu adalah yang terakhir yang kau pandang lekat
Bahwa dekapan penuh sedan itu adalah yang paling menyembilu
Bahwa lafal terakhirmu yang paling nestapa

Tentu tak pernah ku ratapi semua jalannya
Menjagamu dalam kegetiran
Mendekapmu dalam kehangatan
Menjadi imammu meski hanya secercah

Dan tak pernah ku bayangkan hingga kini
kehilanganmu, kelukur paling menduri
ketiadaanmu, hampa paling membeku
kerinduanmu, kidung paling memilu

Gadisku, istri yang paling sempurna di negeri ini. Aku tidak akan pernah menyesali sempat bersua denganmu. Karena perjumpaan kita merupakan ketidaksengajaan paling indah yang pernah ku temui, hingga bermukim bersamamu menjadi petikan kisah yang paling kusyukuri.

Gadisku, istriku satu dan satu-satunya. Semoga kita akan cepat bersemuka, kelak menjadi jodoh yang abadi, di surga nanti.

----------***----------

Untuk #April Menulis dengan tema Cinema, terilhami dari film "Satu Jam Saja" yang diperankan oleh Revalina dan Vino G Bastian.

Minggu, 10 April 2016

#AprilNulis Satu Hari Tanpamu

Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
 call I'm desperate for your voice

----------***----------

Satu hari tanpamu, ternyata seperti ini rasanya...
Aku bangun dengan mata bengkak di sana-sini, rambut yang cukup acakan bekas mendekap dalam selimut semalaman, suara parau karena teriak di dalam bantal, dan kepala pusing lantaran tidur setelah subuh. Kucek hp, mati. Dengan gegas langsung kuisi baterainya, kulihat jam sudah menandakan pukul 10. Matilah aku. Pasti sudah banyak sekali PING!!! darimu karena tak bisa dihubungi dari pagi. Aku tau benar kamu akan melebihi macan kehilangan anak jika tau aku bangun dengan matahari yang terlampau tinggi.

Ada beberapa BBM, tapi darimu? Nihil.
Aku lupa, semalam kamu memutuskan untuk meninggalkanku. Tanpa mau mendengar sedikit pembelaanku, padahal aku benar-benar bisa membela diri; tapi tak pernah didengar.

----------***----------

Listening to the song we used to sing
In the car, do you remember
Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet

----------***---------- 

Aku lupa. Ternyata aku habis dikoyak-koyak oleh serbuan kata kasarmu semalam. Padahal mata ini sudah hampir keluar dari tempatnya, tapi masih saja bisa meneruskan pekerjaannya yang tertunda karena tidur; menangis. Bahkan aku sudah muak dengan tangisanku sendiri, rasanya ingin tidur saja supaya tidak mengingat detail kenyataan yang sakitnya membusuk ini. Rasanya aku ingin tertidur hingga dibangunkan olehmu di kemudian hari, bahwa ini hanya mimpi.

----------***----------

Cause I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight

----------***----------

Semalam, kita bertengkar hebat. Aku yang selalu jadi 'si tertindas', akhirnya angkat bicara dan ikut tersulut. Ternyata bukan ide yang baik untuk menjadi bensin ketika kau mulai menjadi api. Aku habis kau lumat, hingga menjadi abu, hingga tak berarti. Bahkan kau mengulang-ulang tidak mau lagi menjadi sepasang merpati terbaik. Ucapmu yang acap kali mengiris hatiku, kali ini tidak lagi menjadi pisau kecil, bahkan menjelma samurai yang membelahku ke dalam potongan-potongan kecil tak berarti. Aku retak seribu. Aku runtuh.

----------***----------

And I'm tired of being all alone
And this solitary moment makes me want to come back home

----------***----------

Sial, lagu brengsek ini ternyata otomatis mengalun dalam spasi di otakku, mungkin karena semalaman aku mendengarkannya tak henti hingga hp ini kehilangan daya. Makin menjadi-jadi saja suasana suram yang mengatmosfer hariku, hari ini. Bagai anak kucing yang sedang menunggu di pinggir jalan dengan kuyu, menunggu dijemput lagi oleh pemiliknya yang membuang.

Aku macam anak kucing yang kau buang? Entah dari mana datangnya emosi ini, seketika kepalaku mau pecah oleh amarah. Sebuah dendam terselip untuk pula menyakiti hatimu, tidak terima dibeginikan. Namun detik kemudian, tangisku makin pecah. Rupanya aku terlewat marah, hingga tak bisa berkata apa-apa. Aku tak tau harus bagaimana, hingga rasanya ingin marah saja. Kuhabiskan seluruh detik hari ini untuk meneliti setiap alunan lirik yang mengisi kepala secara otomatis. Siapa tau terselip cara untuk membawamu pulang kembali ke rumah. Kamu suka rumah yang hangat kan? Akan kusediakan.

----------***----------

Bisakah kamu kembali pulang? Satu hari tanpamu seperti neraka rasanya.

Senin, 04 April 2016

Untuk Perempuan dalam Amin Seorang Laki-laki

Wahai perempuan yang selama ini telah aku aminkan dalam setiap doaku

Bolehkah aku menjadi tulang punggungmu dan menjadikanmu sebagai tulang rusukku?
Maukah kamu menjalani bahtera kehidupan bersamaku? Tumbuh dan menjadi tua bersama. Mengisi setiap kekosongan yang selama ini ku biarkan begitu saja.
Maukah kamu berjalan beriringan bersamaku? Meniti hari selangkah demi selangkah, menikmati setiap detik dengan siraman kebahagiaan. Lantas hingga banjir air mata keharuan.
Maukah kamu menjadi istriku? Menjadi pasangan seumur hidupku, tanpa pernah mengeluh karena melihat wajahku di setiap hari bosanmu. Melahirkan dan menjadi ibu dari anak-anakku kelak. Mengurus semua keperluan kehidupan mereka dan membantuku menegakkan tiang rumah tangga kita.

Wahai perempuan yang selama ini telah benar-benar ku tunggu kehadirannya
Maukah kamu menjadi permaisuriku?

Kamis, 03 Maret 2016

Bagaimana Bisa Kamu Baik-Baik Saja?

Sepeninggalan kamu pergi, aku hancur. Rasanya langit sudah runtuh di atas kepalaku. Rasanya bintang-bintang sudah lenyap menggelapkan malamku. Sampai-sampai, kunang-kunang saja enggan mau membagi kemilaunya di sekitarku. Hah, aku seperti ingin mati saja hidup sendiri seperti ini. Kerjaanku hanya meringkuk mengingat ratusan ribu memori yang sudah kita bagi satu sama lain, hingga aku sampai sanggup mengingat ketika kamu melepaskan helm dari kepalaku di pertemuan kedua kita.

Rabu, 03 Februari 2016

I Promise..

Untuk kamu yang akan menemani sisa umurku di dunia..
Saya berjanji, akan mencintai dan menyayangimu lebih banyak dari siapa pun yang pernah memberimu cinta. Entah itu sudah dari berapa orang kamu terima, saya akan menjadi yang paling banyak memberi.
Saya berjanji, akan menyertai kamu di setiap langkahku di muka bumi ini. Hingga akhir hayat menjemputku kelak nanti. Hingga aku sudah kehilangan tenaga untuk sekedar menapaki jalan. Bahkan hingga aku sudah tidak lagi sanggup untuk melangkahkan kaki ini.

Rabu, 27 Januari 2016

NGOMONGBAE.COM? Ini Asal Mulanya

April 2015 lalu, ada seorang teman yang mengajak menjadi seorang penulis di sebuah web. Mengingat bahwa temanku ini adalah awam dalam dunia perbloggeran, jadi aku nanyalah itu satu situs, blog rame-rame, atau gimana? Dia bilang langsung dijelasin sama sepupunya aja biar ngerti. Ok, aku pun dijelasin sama seorang bernama Admaja Putra bahwa beliau ingin membuat dan membangun sebuah website yang bukan abal-abal, kalo kata orang Palembang mah 'senianan'. Dia minta cariin satu penulis lagi yang bisa diajak kerja sama dan konsisten buat ngewujudin mimpi ini. Oke, aku pun nawarin Ayik buat ikut dan dia langsung mau.

Jumat, 22 Januari 2016

Perjalanan Menuju Kenangan

Di salah satu angkutan umum yang ku kendarai kemanapun. Masih ada sisa-sisa kenangan yang menempel di langit-langitnya. Bahkan senyum simpulmu masih tercetak jelas disana. Di salah satu kursi yang selalu menjadi kursi faforit kita. Kursi bagian depan di samping supir.

Sabtu, 16 Januari 2016

Rumah Idaman

Kata orang aku seorang pengkhayal
Andai adalah nama tengahku
Pendongeng ialah margaku
Esok adalah panggilanku

Aku Mencintaimu, Meskipun...

Aku mencintai kamu sesederhana kamu membawakan makanan kesukaanku tanpa diminta
Aku mencintai kamu sesederhana kamu rela membagikan waktumu padaku seberapa banyakpun yang ku minta
Aku mencintai kamu sesederhana kamu bertanya ingin makan apa hari ini?
Aku mencintai kamu yang tidak pernah marah ketika aku meninggalkan barang penting di rumah dan memilih memutar arah sambil gemas mengacak rambutku.