Starry Sun

Minggu, 24 April 2016

#AprilNulis Rindu

Kita berlarian, menimba kebahagiaan untuk mengisi cawan satu sama lain yang sudah kerontang. Dengan selendang yang kukibarkan di atas kepala, kau membuntuti langkah demi langkah sambil meriakkan tawa. Padang rumput yang hijau bagai permadani, memanjakan kaki telanjang kita, sedikit berair bekas dibasahi hujan fajar tadi.

Napas kita tersengal-sengal, berusaha memenuhi setiap titik rongga dada dengan oksigen. Kurebahkan diri, di samping tubuhmu. Membahanakan gelak tawa sambil menggelitik perut sendiri. Tawaku, terlalu keras, terlalu dibuat-buat. Ku sedang menilik, bagaimana rasanya jemarimu sampai pada perutku untuk membuatku tergelak.

"Langitnya biru," ucapku sambil menatap lurus ke arah langit yang bersih, bahkan dari awan sekalipun.
"Tidakkah kau merindukan aku?," kupalingkan wajah ke arahmu.
Wajahmu, abu-abu, dengan bibir yang pucat, masih menyunggingkan senyum tipis khas milikmu. Sedikit demi sedikit tanganku berpindah ingin mengelus lembut wajahmu.

Sedikit lagi... .
Sebentar lagi sampai... .
Satu senti lagi... .
Namun, kuhentikan hingga tinggal 3 mili lagi. Aku takut. Bukan takut kau berang disentuh olehku.
Melainkan... .
Ku sentuh wajahmu, tembus, hingga aku dapat menyentuh rumput di bawah kepalamu.
Melainkan, aku takut menyadari bahwa kamu hanyalah sebuah khayalanku, berebahan di sampingku selama beberapa saat, untuk menghilangkan rasa rindu yang membuncah sejak kehilanganmu beberapa tahun lalu.

"Kembali," ucapku lirih. Masih dengan tangan yang menggapai-gapai wajahmu yang tersenyum.
"Aku mohon, kembali," tangisku makin deras, sederas hujan fajar tadi.
Kubuka mata, bayanganmu yang tembus itu, makin pudar perlahan-lahan. Meninggalkan bekas asap putih di udara. Masih seperti sebelumnya, meninggalkan aku yang tidak akan pernah siap untuk ditinggalkanmu.
"Kumohon...kembali...," usapku pada batu nisanmu.

----------***----------

Untuk #AprilNulis tema reinkarnasi

Jumat, 22 April 2016

#AprilNulis Hanya Secangkir Kopi

Aku hanyalah secangkir kopi.
Yang kau cari ketika stres melanda. Menjadi media sebagai penyerap hari sialmu, dan dihabiskan dengan berbagai umpatan dalam pikiranmu. Aku habis demi menenangkanmu.

Jumat, 15 April 2016

#AprilNulis Hujan Kata-Kata Mampiri Kami

"Makanya jadi cewek tuh yang bener-bener kayak cewek, begok sih!," ujarnya sambil menunjuk-nunjukku.
"Kamu yang bodoh!," teriakku berani.
"Kamu yang begok! Dasar cewek nggak tau diuntung! Nggak pernah bener kalo berbuat! Masih mending masih ada yang mau. Kamu pikir aku bahagia sama kamu hah? Pikir pake otak!," teriakmu lebih dahsyat lagi. Kemudian pergi. Begitu saja. Meninggalkanku.

Selasa, 12 April 2016

#AprilNulis Surat Untuk Seorang Gadis

Gadisku, istri yang paling aku cintai di muka bumi ini. Bagaimana di sana Sayang? Apakah surga sangat begitu damai bagimu, sampai-sampai ingin pergi mendahului aku? Lantas kenapa kamu turut mengajak si kecil juga? Kenapa tidak mengajakku sekalian? Siapa tahu kita bisa piknik bertiga.

Gadisku, istri yang paling aku sayangi di jagat raya ini. Sudahkah aku bicara rindu hari ini? Aku tidak pernah lupa untuk mengecup lembut fotomu yang sedang hamil dan memagut daster lusuhmu setiap pagi. Aku menemukannya di ember kering yang belum kamu cuci dulu, dan tidak berniat untuk kucuci. Agar aku bisa merasakan hawa tubuhmu menyelangkupiku setiap pagi. Meskipun aku paham benar, kamu tidak akan pernah mengenakannya lagi.

Gadisku, istri yang paling anggun yang pernah kumiliki. Aku membuat sebuah syair untukmu, akan aku tuliskan di surat ini, Sayang.

Dan tak akan pernah aku sadari sebelumnya
Bahwa mentari fajar itu adalah yang terakhir yang kau pandang lekat
Bahwa dekapan penuh sedan itu adalah yang paling menyembilu
Bahwa lafal terakhirmu yang paling nestapa

Tentu tak pernah ku ratapi semua jalannya
Menjagamu dalam kegetiran
Mendekapmu dalam kehangatan
Menjadi imammu meski hanya secercah

Dan tak pernah ku bayangkan hingga kini
kehilanganmu, kelukur paling menduri
ketiadaanmu, hampa paling membeku
kerinduanmu, kidung paling memilu

Gadisku, istri yang paling sempurna di negeri ini. Aku tidak akan pernah menyesali sempat bersua denganmu. Karena perjumpaan kita merupakan ketidaksengajaan paling indah yang pernah ku temui, hingga bermukim bersamamu menjadi petikan kisah yang paling kusyukuri.

Gadisku, istriku satu dan satu-satunya. Semoga kita akan cepat bersemuka, kelak menjadi jodoh yang abadi, di surga nanti.

----------***----------

Untuk #April Menulis dengan tema Cinema, terilhami dari film "Satu Jam Saja" yang diperankan oleh Revalina dan Vino G Bastian.

Minggu, 10 April 2016

#AprilNulis Satu Hari Tanpamu

Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
 call I'm desperate for your voice

----------***----------

Satu hari tanpamu, ternyata seperti ini rasanya...
Aku bangun dengan mata bengkak di sana-sini, rambut yang cukup acakan bekas mendekap dalam selimut semalaman, suara parau karena teriak di dalam bantal, dan kepala pusing lantaran tidur setelah subuh. Kucek hp, mati. Dengan gegas langsung kuisi baterainya, kulihat jam sudah menandakan pukul 10. Matilah aku. Pasti sudah banyak sekali PING!!! darimu karena tak bisa dihubungi dari pagi. Aku tau benar kamu akan melebihi macan kehilangan anak jika tau aku bangun dengan matahari yang terlampau tinggi.

Ada beberapa BBM, tapi darimu? Nihil.
Aku lupa, semalam kamu memutuskan untuk meninggalkanku. Tanpa mau mendengar sedikit pembelaanku, padahal aku benar-benar bisa membela diri; tapi tak pernah didengar.

----------***----------

Listening to the song we used to sing
In the car, do you remember
Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet

----------***---------- 

Aku lupa. Ternyata aku habis dikoyak-koyak oleh serbuan kata kasarmu semalam. Padahal mata ini sudah hampir keluar dari tempatnya, tapi masih saja bisa meneruskan pekerjaannya yang tertunda karena tidur; menangis. Bahkan aku sudah muak dengan tangisanku sendiri, rasanya ingin tidur saja supaya tidak mengingat detail kenyataan yang sakitnya membusuk ini. Rasanya aku ingin tertidur hingga dibangunkan olehmu di kemudian hari, bahwa ini hanya mimpi.

----------***----------

Cause I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight

----------***----------

Semalam, kita bertengkar hebat. Aku yang selalu jadi 'si tertindas', akhirnya angkat bicara dan ikut tersulut. Ternyata bukan ide yang baik untuk menjadi bensin ketika kau mulai menjadi api. Aku habis kau lumat, hingga menjadi abu, hingga tak berarti. Bahkan kau mengulang-ulang tidak mau lagi menjadi sepasang merpati terbaik. Ucapmu yang acap kali mengiris hatiku, kali ini tidak lagi menjadi pisau kecil, bahkan menjelma samurai yang membelahku ke dalam potongan-potongan kecil tak berarti. Aku retak seribu. Aku runtuh.

----------***----------

And I'm tired of being all alone
And this solitary moment makes me want to come back home

----------***----------

Sial, lagu brengsek ini ternyata otomatis mengalun dalam spasi di otakku, mungkin karena semalaman aku mendengarkannya tak henti hingga hp ini kehilangan daya. Makin menjadi-jadi saja suasana suram yang mengatmosfer hariku, hari ini. Bagai anak kucing yang sedang menunggu di pinggir jalan dengan kuyu, menunggu dijemput lagi oleh pemiliknya yang membuang.

Aku macam anak kucing yang kau buang? Entah dari mana datangnya emosi ini, seketika kepalaku mau pecah oleh amarah. Sebuah dendam terselip untuk pula menyakiti hatimu, tidak terima dibeginikan. Namun detik kemudian, tangisku makin pecah. Rupanya aku terlewat marah, hingga tak bisa berkata apa-apa. Aku tak tau harus bagaimana, hingga rasanya ingin marah saja. Kuhabiskan seluruh detik hari ini untuk meneliti setiap alunan lirik yang mengisi kepala secara otomatis. Siapa tau terselip cara untuk membawamu pulang kembali ke rumah. Kamu suka rumah yang hangat kan? Akan kusediakan.

----------***----------

Bisakah kamu kembali pulang? Satu hari tanpamu seperti neraka rasanya.

Senin, 04 April 2016

Untuk Perempuan dalam Amin Seorang Laki-laki

Wahai perempuan yang selama ini telah aku aminkan dalam setiap doaku

Bolehkah aku menjadi tulang punggungmu dan menjadikanmu sebagai tulang rusukku?
Maukah kamu menjalani bahtera kehidupan bersamaku? Tumbuh dan menjadi tua bersama. Mengisi setiap kekosongan yang selama ini ku biarkan begitu saja.
Maukah kamu berjalan beriringan bersamaku? Meniti hari selangkah demi selangkah, menikmati setiap detik dengan siraman kebahagiaan. Lantas hingga banjir air mata keharuan.
Maukah kamu menjadi istriku? Menjadi pasangan seumur hidupku, tanpa pernah mengeluh karena melihat wajahku di setiap hari bosanmu. Melahirkan dan menjadi ibu dari anak-anakku kelak. Mengurus semua keperluan kehidupan mereka dan membantuku menegakkan tiang rumah tangga kita.

Wahai perempuan yang selama ini telah benar-benar ku tunggu kehadirannya
Maukah kamu menjadi permaisuriku?