Starry Sun

Minggu, 10 April 2016

#AprilNulis Satu Hari Tanpamu

Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
 call I'm desperate for your voice

----------***----------

Satu hari tanpamu, ternyata seperti ini rasanya...
Aku bangun dengan mata bengkak di sana-sini, rambut yang cukup acakan bekas mendekap dalam selimut semalaman, suara parau karena teriak di dalam bantal, dan kepala pusing lantaran tidur setelah subuh. Kucek hp, mati. Dengan gegas langsung kuisi baterainya, kulihat jam sudah menandakan pukul 10. Matilah aku. Pasti sudah banyak sekali PING!!! darimu karena tak bisa dihubungi dari pagi. Aku tau benar kamu akan melebihi macan kehilangan anak jika tau aku bangun dengan matahari yang terlampau tinggi.

Ada beberapa BBM, tapi darimu? Nihil.
Aku lupa, semalam kamu memutuskan untuk meninggalkanku. Tanpa mau mendengar sedikit pembelaanku, padahal aku benar-benar bisa membela diri; tapi tak pernah didengar.

----------***----------

Listening to the song we used to sing
In the car, do you remember
Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet

----------***---------- 

Aku lupa. Ternyata aku habis dikoyak-koyak oleh serbuan kata kasarmu semalam. Padahal mata ini sudah hampir keluar dari tempatnya, tapi masih saja bisa meneruskan pekerjaannya yang tertunda karena tidur; menangis. Bahkan aku sudah muak dengan tangisanku sendiri, rasanya ingin tidur saja supaya tidak mengingat detail kenyataan yang sakitnya membusuk ini. Rasanya aku ingin tertidur hingga dibangunkan olehmu di kemudian hari, bahwa ini hanya mimpi.

----------***----------

Cause I was born to tell you I love you
And I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight

----------***----------

Semalam, kita bertengkar hebat. Aku yang selalu jadi 'si tertindas', akhirnya angkat bicara dan ikut tersulut. Ternyata bukan ide yang baik untuk menjadi bensin ketika kau mulai menjadi api. Aku habis kau lumat, hingga menjadi abu, hingga tak berarti. Bahkan kau mengulang-ulang tidak mau lagi menjadi sepasang merpati terbaik. Ucapmu yang acap kali mengiris hatiku, kali ini tidak lagi menjadi pisau kecil, bahkan menjelma samurai yang membelahku ke dalam potongan-potongan kecil tak berarti. Aku retak seribu. Aku runtuh.

----------***----------

And I'm tired of being all alone
And this solitary moment makes me want to come back home

----------***----------

Sial, lagu brengsek ini ternyata otomatis mengalun dalam spasi di otakku, mungkin karena semalaman aku mendengarkannya tak henti hingga hp ini kehilangan daya. Makin menjadi-jadi saja suasana suram yang mengatmosfer hariku, hari ini. Bagai anak kucing yang sedang menunggu di pinggir jalan dengan kuyu, menunggu dijemput lagi oleh pemiliknya yang membuang.

Aku macam anak kucing yang kau buang? Entah dari mana datangnya emosi ini, seketika kepalaku mau pecah oleh amarah. Sebuah dendam terselip untuk pula menyakiti hatimu, tidak terima dibeginikan. Namun detik kemudian, tangisku makin pecah. Rupanya aku terlewat marah, hingga tak bisa berkata apa-apa. Aku tak tau harus bagaimana, hingga rasanya ingin marah saja. Kuhabiskan seluruh detik hari ini untuk meneliti setiap alunan lirik yang mengisi kepala secara otomatis. Siapa tau terselip cara untuk membawamu pulang kembali ke rumah. Kamu suka rumah yang hangat kan? Akan kusediakan.

----------***----------

Bisakah kamu kembali pulang? Satu hari tanpamu seperti neraka rasanya.

10 komentar:

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)