Starry Sun

Kamis, 20 Oktober 2011

romantisme semalam


Jam 7 malam, kekasihku Rio menjemputku dengan taksi untuk mengajak makan malam. Hari ini anniversary kami yang ke 3 tahun. Tidak terasa sudah begitu lama aku menjalin kasih dengannya. Banyak cerita suka duka, haru biru menjadi satu. Dia kuliah di luar kota, jadi kami menjalin kasih dipisahkan oleh jarak. Siang tadi dia baru pulang ke kota ini, setelah 6 bulan tidak bertemu.
            Setelah 20 menit berbincang-bincang di perjalanan, akhirnya kami sampai juga di sebuah kafe yang tidak pernah aku kunjungi. Kafenya ramai dipenuhi anak-anak muda seperti kami. Saat melewati pintu masuk, mulai terdengar suara lagu mengalun lembut dari band kafe itu sendiri. Aku menikmati setiap alunan lembut lagu itu. 


            Ia menggenggam tanganku, mengiring langkahku menuju sebuah tangga. Saat sampai di anak tangga terakhir, semilir angin membelai wajahku. Tempat ini beratapkan langit malam yang cantik. Terdapat meja-meja dengan tatanan yang romantis. Ada live music juga yang menambah hawa keromantisan disini. Ah aku terhipnotis dengan suasananya.
            “Gimana? Suka?,” tanya Rio padaku setelah kami memesan makanan.
            “Banget. Kok kamu bisa tau tempat kayak gini?,” mataku berbinar.
            “Aku nanya-nanya dong sama temen. Yang penting bikin kamu suka,” katanya tersenyum.
            “Dansa yuk,” ajaknya. Aku melihat ke arah sebuah karpet merah. Disana memang ada beberapa pasang orang yang sedang menikmati alunan lagu dengan gerakan pelan.
            “Boleh,” kataku.
            Kami berjalan ke arah karpet merah dimana beberapa pasang orang berdansa. Kami menyatukan tangan dan bergerak dengan gerakan pelan. Mengikuti alunan lembut lagu yang mengiringi. Mata kami beradu tapi tidak ada kata-kata yang terucap. Hanya saling pandang-memandang.
            Indahnya langit malam yang bersih, semilir sejuknya angin, dan mengalunnya lagu dengan lembut, membuat suasana menjadi lebih romantis. Dia mendekapku, hangat. Sudah lama dia tidak mendekapku seperti ini. Rasanya begitu nyaman, setelah beberapa bulan tidak bertemu. Akhirnya dia kembali untuk menemuiku.
            “Aku kangen sama mata kamu,” katanya sambil melepas dekapannya.
            “Kenapa?.”
            “Nggak ada mata yang bisa menggantikan matamu. Seindah matamu.”
            “Aku kangen sama kamu. Udah lama nggak bertemu,” kataku.
            “Maaf ya aku nggak pulang-pulang. Dan maaf juga kalo aku pulangnya cuma bisa sebentar,” katanya meminta maaf.
            “Nggak apa-apa, yang penting hati aku selalu di sisi kamu.” Kemudian dia mendekapku lagi.
            Kami terhipnotis dengan lagu yang mengiringi, ditambah dengan kerinduan yang sudah lama dipendam. Senangnya malam ini, serasa banyak sekali kupu-kupu terbang di sekeliling kami.
            Rasanya aku tidak mau mengakhiri malam ini. Aku masih ingin bersama dia kekasihku. Tapi jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, sudah waktunya pulang. Dengan berat, aku meninggalkan suasana romantis di kafe itu menuju keluar. Kami menunggu taksi lewat, tapi tidak kunjung datang.
            “Kita jalan kesana yuk, mungkin disana ada taksi,” katanya sambil menunjuk ke arah jalan lain. Aku mengangguk, dan kami mulai menyusuri jalan.
            Aku menggenggam jari kelingking dan jari manisnya, kami berdua menyusuri jalan yang tidak terlalu ramai. Setapak demi setapak kami jalani sambil bercanda. Tangan kami bergandengan berayun ke depan ke belakang sambil jingkrak-jingkrak. Ia menyenandungkan lagu romantis selama kami menyusuri jalan.
            “Itu ada taksi,” serunya tiba-tiba sambil menunjuk.
            “Ah iya,” kami menyetop taksi itu dan meluncur ke rumahku.
            Di dalam taksi, tidak ada yang kami perbincangkan. Aku hanya menyandarkan kepalaku di bahunya dan dia menggenggam tanganku. 20 menit kemudian kami sampai di depan rumahku. Dia menyuruh taksi itu untuk menunggu sebentar. Kami turun dari taksi dan dia mengantarku hingga depan pintu.
            “Makasih ya udah mau ikut aku malem ini,” katanya.
            “Aku yang harusnya makasih. Makasih udah pulang kesini untuk nemuin aku. Makasih udah ngajak aku pergi malam ini,” kataku.
            Rio menggenggam tanganku dan mencium tangan kananku. Dan dia mendekatkan wajahnya ke telingaku sambil berkata “Good nite.”
            Aku tersenyum. Dia melangkahkan kakinya kembali ke taksi. Dan kemudian aku melambaikan tangan. Setelah itu dia pergi dan aku masuk ke rumah sambil tersenyum.


----------***----------

kata kunci : cerpen tentang jatuh cinta, cerpen tentang kebahagiaan

8 komentar:

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)