Starry Sun

Jumat, 22 Januari 2016

Perjalanan Menuju Kenangan

Di salah satu angkutan umum yang ku kendarai kemanapun. Masih ada sisa-sisa kenangan yang menempel di langit-langitnya. Bahkan senyum simpulmu masih tercetak jelas disana. Di salah satu kursi yang selalu menjadi kursi faforit kita. Kursi bagian depan di samping supir.Pemandangan kota terlihat begitu carut-marut menemani aktivitas kita setiap hari. Keringat yang bercucuran tak menyurutkan semangat untuk tetap menjalani. Karena kamu, menjadi semangatku. Rasanya seperti hilang saja beban yang dipikul di pundak ini ketika ku ceritakan satu-persatu detailnya kepadamu. Dengan ditimpali khas tawamu yang membahana dalam hati, serta sorot yang memancarkan kebahagiaan tak henti darimu.

Sesekali aku bersandar di lenganmu yang kokoh, tentu sambil mendekapnya juga. Lenganmu sangat pas untuk dipeluk dengan kedua tangan mungilku. Memercikkan riuh rendah kembang api dalam hati dan lambung. Ada begitu banyak lelucon-lelucon konyol yang dilempar untuk diresap bersama dengan tawa renyah kita. Barangkali supir busnya bingung mengapa ada begitu banyak percikan tawa di sebelahnya, padahal tidak ada yang lucu sepertinya. Jelas ia tidak mengerti, karena kita masuk dalam dunia yang kita buat sendiri.

Sayang, itu sudah tidak pernah ku rasakan lagi. Kita sudah mengasingkan diri dan memiliki dunia yang berbeda. Seperti tidak pernah saling mengenal saja, padahal kita pernah sedekat nadi dan darah. Kita sudah tak saling bicara, bahkan untuk menyapa saja lidah ini telah keluh. Untuk menatap manik matanya pun aku tak mampu. Hah, kita sudah tidak saling mengenali lagi.

Hari ini aku duduk di kursi faforit yang hampir setiap hari kita tempati. Kursi yang biasa kamu tempati ini, sudah kosong sejak lama. Ku hirup debu dan asap yang masuk lewat sela-sela kaca. Mengamini setiap helaan nafas yang keluar tanpa kamu. Juga lewat sela-sela bulu mata, merembes bulir-bulir yang berusaha ku tutupi. Memalingkan kepala dari supir di sebelahku, menyedekap hatiku sendiri. Memilih untuk menguburkan kenangannya lebih dalam dari masa lalu.

2 komentar:

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)