Starry Sun

Senin, 12 Oktober 2015

Melanjutkan Perjalanan


Detik jam menemani deraian air mata yang tak lelah merayap turun. Ada begitu banyak barisan kata yang ku tulis malam ini. Entah itu marah, sedih, gembira dan kesal menjadi satu. Bahkan tetesan air hujan yang mengetuk-ngetuk dari balik kaca malam ini pun tak mengganggu konsentrasiku melanjutkan curahan ungkapan perasaan yang selama ini tak pernah terungkapkan. Jelas ada begitu banyak tinta yang meluber di atas kertas putih itu selama aku menulis. Terserah. Bahkan aku sudah tidak peduli lagi bisa atau tidak kamu membacanya.


Aku tidak akan pernah bisa melupakan bagaimana pertama kalinya kita bersua. Aku yang tak sedang memikul beberapa buku dalam pelukku, dan kamu yang sedang membaca catatan dari balik kacamata tebalmu. Bahu kita bertemu, mengambrukkan aku beserta buku-bukuku.

Aku tidak pula melupakan bagaimana Tuhan secara ajaib menjatuhkanmu sebagai pelindungku. Membuat kebetulan-kebetulan secara takjub yang mampu mendekatkan aku dan kamu. Aku tidak pernah melupakan bagaimana kecemasanmu melihat pasinya mukaku, lantas dengan gagah menggendong aku ke sebuah ruangan untuk merawatku.

Tapi mengapa Tuhan dengan secara keji mencabut kebahagiaanku seperti sekali menjentikkan jari. Apakah Tuhan benci padaku? Sehingga harus memutuskan harapanku.

----------***----------

Dengan secara putus asa, ku kumpulkan tetesan air mata yang telah jatuh. Aku jengah menghadapi pahit ketir kehilanganmu, enggan meneruskan kepiluan ini. Bahkan aku lupa bagaimana caranya membahagiakan diri sendiri.

6 komentar:

  1. ehmm...rasanya tidak mungkin Tuhan memberikan sesuatu yang luar biasa pada perjalanan kita atas karena kebetulan-kebetulan..hehe

    follow blog kerennya ah, nggak di follow balik juga nggak apa-apa, itu karena informasi yang disajikannya inspiratif banget seh

    BalasHapus
  2. Tapi mengapa Tuhan dengan secara keji mencabut kebahagiaanku seperti sekali menjentikkan jari ---> awas nanti Tuhan marah. Tuhan bukannya mencabut kebahagiaanmu tapi Dia hanya menggantinya dengan yang lebih baik, cuma semua butuh proses. pertanyaannya, kita sebagai hambanya mampu enggak ngelawatin prosesnya

    BalasHapus
  3. Perjalanan harus tetap dilanjutkan, meskipun rasa sakit terasa begitu menyakitkan..

    BalasHapus

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)