Starry Sun

Selasa, 15 September 2015

September kelabu lagi

Bukankah Septemberku selalu kelabu?
They broke me so hard, to saved her heart. But they forget, i have a heart too.

Demi tuhan, aku tidak pernah menjadi penyebab sepasang merpati kehilangan tali. Aku hanya tak sengaja melihatnya dari luar sangkar, menyaksikan saja, tak pernah ku berani menyenggol sangkarnya sedikitpun. Karena aku tahu besinya sangat panas sekali.

Demi tuhan, aku tidak pernah menyuruhnya mendatangi aku. Bahkan aku sempat menyuruhkan kembali, ketika ia mendatangiku mencari pembelaan. Aku hanya mendengarkan, seperti biasa. Sebagai tempat sampah kekalutan orang-orang. Bahkan hingga yang ingin ku tuliskan dalam baris-baris sajak.
Aku tahu kalian tahu dan mengerti...

Kalian tidak mengerti.
Aku pun tidak mengerti mengapa harus terseret dalam drama yang ternyata penuh tangis ini. Demi tuhan, aku tidak pernah menyentuh apa-apa. Awalnya tak serumit ini, ku pikir. Kalian tidak mengerti, betapa sedihnya dicerca oleh orang yang disayangi. Apa harus untuk menjaga sebuah hati yang rapuh, turut merapuhkan hati orang lain pula?

Demi tuhan, kalian tidak mengerti. Awalnya tidak serumit ini, hingga sampai aku mulai meneteskan bulir-bulir airmata. Banyak partikel berseliweran di rongga kepala, banyak sekali kata-kata yang menusuk-nusuk urat. Tidak ada yang bisa ku lakukan selain berbasuh airmata, murung dan irit kata.

Kalian ingin menyelamatkannya. Tapi kalian lupa menyelamatkan aku. Kalian lupa bahwa pula aku bisa bersedih-sedih, berpilu-pilu.

Sudah biasa kan Septembernya kelabu? Sudah  bertahun-tahun kan?
They broke me so hard, to saved her heart. But they forget, i have a heart too.
Apa aku tidak boleh bahagia?

12 komentar:

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)