Starry Sun

Jumat, 08 Mei 2015

laki-laki pemetik gitar

Malam itu.
Ada sepasang lengan yang mendekap erat sebuah gitar. Lantas jari-jemarinya dengan luwes memetik tali temali. Lantunan irama yang bermuram durja menggelitik gendang telinga. Terseok-seok diksi demi diksi mengiringi dentingan tali temali ini. Memantik keberanian memunculkan satu tanda tanya. Siapa lelaki ini?

Puluhan pasang mata menyorot penampilannya. Seakan siap melucuti tameng yang sedang dipakai demi menutupi deritan nyala rindu. Juga dengan guratan-guratan di dahinya memperjelas pertanyaan apa yang sedang dirasakannya? Seperti sedang menahan sebuah pesakitan dari ngangahan luka yang tak kunjung kering rupanya. Satu rahasia hidup yang sudah jauh ditimbunnya.

Ku tebak! Ada percobaan sibakan pilu disana. Meronta-ronta tuk menaati pinta hati yang sedang berkubang lara. Lalu aksara mana lagi yang bisa dimuntahkan? Ada sebait perayaan kesedihan untuk menyamarkan luka yang merekah.  Hati yang lebam dapat terdeteksi lewat simponi yang bergumul sayat menyayat. Begitu apik menutupi kegelisahan yang dipertahankan. Menyuapi penonton dengan sedikit kedustaan bahwa ia baik-baik saja.Tapi ku pastikan bahwa ia sedang dirudung keluh nan peluh.

Hingga ketika laki-laki ini duduk di kursi penonton menyeruput aksara-aksara dalam pentas yang diderai. Bak memeluk erat serpihan kenangan. Mereunikan sesuatu dengan masalalu di balik sikap tenangnya malam itu.

Malam itu, suasana sangat syahdu. Tiadalah yang tahu laki-laki bertemaram ini sedang menahan genangan dalam bibir mata.

5 komentar:

  1. Ah.. Begitu lihai ia menyembunyikan tangis dan pedih.. :'D

    BalasHapus
  2. Ah.. Begitu lihai ia menyembunyikan tangis dan pedih.. :'D

    BalasHapus
  3. Asek, gw belajar berkata-kata di dalam postingan ini.. Teruslah menyayat hati para pembaca.. :D

    BalasHapus

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)