Starry Sun

Senin, 15 Desember 2014

perempuan bodoh yang tersesat

Perempuan bodoh
Begitulah aku menyebutnya. Sosok perempuan yang sibuk menyibukkan diri. Ntah apa yang sibuk ia pikirkan sekarang, yang aku tahu perempuan bodoh ini sedang melupakan masalalu.

Perempuan bodoh! aku membentaknya ribuan kali dengan kata itu. Ini tentang laki-laki yang sudah bertahun-tahun yang lalu ditinggalkan dan meninggalkannya. Setelahnya ia kehilangan arah. Menjelajahi setiap jengkal belantara dunia untuk mendapatkan sosok pengganti. Perempuan ini berhasil, berhasil dan berhasil. Ia berhasil tersesat! maka itulah ku sebut ia perempuan bodoh.

Ia mendapatkan pengganti. Lantas menyesal dan menyadari bahwa lelaki ini bukanlah sosok yang ia cari. Kemudian ia melanglang buana lagi. Menemukan lelaki lain lagi. Kemudian menyadari bahwa lelaki itu bukan pula pribadi yang dapat ia dambakan. Lantas ia pergi lagi, semakin jauh. Mencari-menemukan-pergi dengan ritme yang sama berulang-ulang. Tanpa tepi. Maka itu ke hujat ia perempuan bodoh!

Perempuan ini berkubang. Menelurkan bulir-bulir kesedihan bertajuk airmata. Bahkan diksi dan aksara tua pun tidak mampu menumpahkan segala perih yang ia jaga bertahun-tahun. Berbalut luka masalalu yang tak henti menghantui. Bergulat hebat dengan waktu. Bahkan sudah hampir gila karena memarahi waktu yang mempermainkannya.

Sudah ia coba untuk melarikan diri dengan mengarungi asmara dan berpetualang demi mencari pengganti tambatan dulu. Hanya saja dukanya terlalu dalam menancap. Menghamparkan rindu yang terekam kuat dalam ingatan. Ternyata lelaki manapun tidak mampu memburu hatinya kembali. Walaupun jarum jam berpacu kencang  melewati lorong kenangan penuh peluh. Tetap saja perempuan bodoh itu terjebak dalam masalalu.

Oh perempuan bodoh yang malang. Tidak ada yang sanggup mengalihkannya ternyata. Terbenam dalam nuansa romansa yang harusnya dengan angkuh dikubur di sukma dalam-dalam. Ternyata deru ombak mendera lebih kencang. Kenangannya menenggelamkan si perempuan bodoh di ujung kelam.

Perempuan bodoh ini berlari, kencang. Sangat kencang! melarikan diri dari kenyataan. Bahwa ternyata keputusan yang diambil secara cepat dulu sungguh bermuara muram durja. Bahwa tungkai kata pisah menjulangkan tembok berduri yang merekah tinggi oleh sikap kekanakkan perempuan bodoh ini dan lelakinya dulu. Lantas perempuan ini dengan bodohnya mencari orang lain untuk sekedar menitipkan airmata. Hingga tapal batas yang tak terlihat dikayuhnya kakinya secepat mungkin. Takut dimakan tepi suram.

Lantas ketika ia ingin kembali pada masalalu, ia lupa arah. Rimba yang dilewati sudah terlalu jauh. Sudah peluh melewati lini masa  dan ragam durjana yang dengan khitmat merambati luka yang lebam disana sini akibat salah arah dan terjerumus ke orang yang makin menyakiti. Kendati dicarinya kompas sebagai penunjuk arah pulang, remang-remang menjadi peneman perjalanan menujumu-menuju pulang.

Harap yang jadi nyata, beradu dalam sukma. Mulai membiaskan temaram yang menyelingkupi jalan pulang. Perempuan bodoh ini sudah lelah rupanya. Menghadapi barisan malam dan ruang nostalgia yang melabirin. Yang diinginkannya hanya menjumpai rindu. Menyeduh obat penghapus sedih yang memasung.

Ketika sampai di tempat bertahun-tahun yang lalu ia langkahkan kaki keluar dari rumahnya. Lirik sendu patah hati mengalun mengubah atmosfer pada temu pandang yang tercipta. Perempuan ini lupa apa sebab musabab yang sebenar-benarnya atas langkahan kakinya pergi hingga berubah menjadi pacuan lari. Pula mengapa ia menengadah dan terus berdoa untuk meminta pengganti raga lelaki ini. Dan dengan tahan menyibak keluh atas derasnya arus rindu.

Perasaannya yang beku lantas cair seketika. Lelaki yang ditinggalkannya dulu ternyata tak meninggalkannya. Bahkan satu senti pun tidak bergerak dari sana. Ia menunggu perempuannya kembali. Tidak peduli sudah berapa tahun menunggu. Perempuan ini selalu ku maki bodoh. Sudah sering ku katakan berhenti melaju dan kembali pulang. Tapi ia membisukan telinga dan memilih mencari sosok lelaki-lelaki lain.

Lantas sekarang. Barulah ia sadari. Bahwa lelaki yang ditinggalkannya dulu menunggunya kembali.
Perempuan ini bodoh. Perempuan bodoh itu ternyata adalah aku.

----------***----------

kata kunci : sajak-sajak patah hati, kata-kata cantik, sajak-sajak kehilangan, sajak-sajak ditinggalkan orang, sajak-sajak masalalu, puisi tentang menunggu, puisi ditinggalkan ketika sedang pendekatan,  sajak-sajak galau, puisi tentang kehilangan seseorang, sajak-sajak sedih, puisi tentang patah hati, puisi tentang ditinggalkan seseorang, puisi tentang masalalu, sajak-sajak masalalu, puisi cantik, puisi tentang melupakan masalalu, puisi tentang kekecewaan, puisi tentang penyesalan, puisi tentang merindukan seseorang

14 komentar:

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)