rona-rona cinta yang bergelut gempita dalam sorak sorai iringan merdu cinta. menepi bagai berlabuh dan menetap dalam pelabuhan hati. menikmati semilir angin yang bertiup memanjakan tangan kita yang berdekap erat. berlari menikmati pancaran sinar mentari yang riang. dalam hangatnya tawa kita bersatu. membuat ombak iri dan menghampiri kita ingin ikut pecah dalam meriah. aku dan kamu yang menjamah dunia. dalam takdir yang hendak kita curangi keberadaannya.
kita sepasang potongan hati yang sembunyi dari kenyataan bahwa potongan lainnya sudah dijamah. bersembunyi dari kenyataan dan menjalani kisah dalam mimpi yang sempurna. jelas bagi kita hanyalah. karena sebenarnya hidup dalam mimpi tidaklah semenyenangkan hidup dalam nyata. namun kiranya nyatamu milik seorang lain bukan punyaku seutuhnya. ku culik barang sedikit tanpa pemiliknya tahu.
lelah sekali membujuk hati ini untuk menghilangkan bayang-bayang semumu. janji-janji perasaan yang kau gantungkan hebat sekali menghipnotis alam bawah sadarku. membatukan agar tidak goyah pijakanku untuk menjadi selirmu. dosanya kita menyakiti hati yang sudah tulus melukiskan cinta di hadapanmu dalam dekap erat atmosfer yang syahdu.
aku hati ketiga yang pula menahan tikaman tajam tatapan rendah dari sekitar kita rasaku. seakan dunia tahu bahwa kita ini menghinakan cinta murni. kita tak termaafkan baginya yang tertohok dari balik semu bayangan. lebih dari sekedar patah hati.
sudahkah aku berbincang? bahwa aku tak pernah mau menjadi penyebab hati wanita lain retak seribu. sudahkah aku bicara? bahwa aku enggan mendapat sisa cinta yang sebenarnya ialah nafsu kita semata. sudahkah aku berkata? bahwa aku dapat mencintaimu dalam jarak, tidak sedekat ini. pun seberani ini.
rayumu maut sayang, pantas saja hebat dapat kau gaet aku tanpa paksa padahal aku tahu ini tidak akan berhasil. aku tahu kita tidak mungkin bersatu. dan aku tahu aku akan gugur terbawa badai yang melambungkan. namun dalam tutup mata yang gelap, ku lakukan ini dengan berdarah-darah.
tak pernah luput dalam doaku tentangmu wahai pemuda yang menggandeng di belakang. selalu terpanjat dalam basuh airmata agar kamu menjadi milikku benar, utuh, tanpa perlu bermain dalam mimpi. atau pula mendoakan diriku sendiri. menemukan pangeranku sendiri. dalam nyata tentunya. tidak mengambil impian seorang. tidak menjadi penyebab luka dan airmata insan lain.
pun ku doakan dia yang miliknya sering ku pinjam. agar luka yang ku robek tidak terketahuinya. agar ia mendapatkan pangeran berkuda putih lain yang layak benar untuk dicintainya. karena benarnya mencintai pengkhianat tak sebahagia yang ku damba.
logika bergulat hebat dengan perasaan. menelisik sela-sela kalbu dengan kejam. melemparkan aku tersungkur dari imaji yang meninabobokan. bahwa tak lagi pantas ku telusuri jalan ini. aku seorang perempuan yang jahat ku pikir. namun apalah daya raga ini jika pikiran baik berseliweran di otak kalah dengan perasaan yang membisik halus dalam hati. tidak, tidak satupun dapat sembunyi atau melawan.
dalam kekalahan aku menangis, dalam sendu aku meringis. apakah takdirku untuk jadi belati dari kisah kasih sepasang merpati? untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tertinggi hari ini, akan ku telusuri dimana rasa paling sakit menjadi cinta ketiga
----------***----------
kata kunci : sajak-sajak patah hati, kata-kata cantik,
sajak-sajak
kehilangan, sajak-sajak ditinggalkan orang, sajak-sajak masalalu,
puisi tentang menunggu, sajak-sajak galau, puisi tentang kehilangan seseorang, sajak-sajak
sedih, puisi tentang patah hati, puisi tentang ditinggalkan
seseorang, puisi tentang masalalu, sajak-sajak masalalu, puisi cantik,
puisi tentang melupakan masalalu, puisi tentang kekecewaan, puisi
tentang penyesalan, puisi tentang merindukan seseorang, puisi tentang meninggalkan orang, puisi tentang dikhianati, puisi tentang mengkhianati
galau banget tulisannya huhu
BalasHapusiya baguslah kalo buat galau :D
Hapusduh, galaunya max.
BalasHapushehe iya bang sengaja biar yang baca kebawa :)
HapusMengharu biru daku dibuat kata katamu ^_^
BalasHapuswah terimakasih ya :)
HapusAlurnya cukup membawa emosi yg baca. Mungkin kalo yg baca lg diposisi yg sama dgn "si ketiga" udah nangis darah..
BalasHapusHai salam kenal ya :)
wah baguslah kalo demikian :D salam kenal juga debrina
HapusKisah nyata yah mbak? sampai tulisannnya sangat dalam begini :)
BalasHapusSalam kenal juga mbak, kunjungan perdana kesini. Kalau berkenan mampir juga di blogku yah :)
nggak fadly ini fiksi kok salam kenal juga :)
Hapushaduh saya sampe lesu begini bacanya kisah nyata atau gimana nih :-D
BalasHapussalam kenal ya :-)
ini cerita fiksi. salam kenal juga :)
Hapus