Starry Sun

Senin, 24 Februari 2014

Februari yang seharusnya merah muda

Februari, 2012
Masihkah kamu ingat? Dulu kita sedang syahdu menikmati masa-masa yang disebut orang sebagai masa paling indah dalam sebuah hubungan. Pendekatan. Penjajakan masing-masing karakter satu sama lain. Saling malu-malu memperkenalkan diri lebih dalam dengan semburat merah di pipi masing-masing tiap beradu temu. Beradu pandang pun tak kuasa dijalani, karena getar-getar asmaranya kuat lagi lekat menyelimuti.
namun kiranya semua dapat berubah bagai sulap yang meniup debu menerpa memorak-morandakan kisah yang sedang kita rajut dengan hati-hati. benangnya kusut tak dapat meneruskan sulaman kita.

Kepada kamu yang selalu menjadi objek ku menulis,
Rindu ini semakin menjadi-jadi membasuh. Tidakkah hatimu bukan terbuat dari kaca? Lalu mengapa gerangan ku ketuk ia malah pecah? Tidak ingin menyatu lagi agar bisa ku raih. Aku merindukanmu pulang, karena aku ingin selalu tetap menjadi rumah yang hangat bagimu. Membagikan kehangatan dalam setiap gunda gulanamu dalam bentuk pelukan yang erat
Aku mencintaimu berkali-kali, bertubi-tubi, berlipat-lipat dan menumpuk membentuk fosil. Apakah itu alasanmu sangat ingin melupakan dan meninggalkanku? Hatiku terlalu kering dan rapuh butuh tempat berpeluh. Aku selalu menunggu dimanakah laki-laki yang menyelamatkanku dari hatimu yang amat dingin? Aku disini membutuhkan pertolongan untuk dapat keluar dan hangatkan oleh cintanya yang tulus datang.

aku merindukanmu pulang. dan masih tetap menunggu walau kau tak pernah mengharapkan untuk ku tunggu. sulit bagiku untuk mengungkapkan apa yang terasakan. aku tlah kehabisan kata-kata, karena sudah tertulis untukmu semua kata yang ku punya. aku mencintaimu sampai habis sehingga memilih bertahan, namun kiranya kau memilih untuk pergi. tidak, aku tidak membencimu hanya saja hatiku hancur.

kepada kamu, penerima surat merah muda di setiap februariku
februariku, yang seharusnya merah muda. yang dua tahun lalu menjadi februari yang amat berbunga-bunga menyulap latar hidupku yang abu-abu menjadi penuh warna. karena kedatangan pangeran yang menjanjikan aku istana dalam hatinya. yang dalam dua tahun ini menjadi pemilik jiwaku hingga aku sendiri lupa memilikinya. februariku, untukmu aku bertahan. sampai tahun ini ternyata begitu banyak yang berbeda.

kamu datang, kemudian pergi, datang lagi, kemudian pergi lagi, datang lagi, pergi lagi, datang lagi dan akhirnya pergi lagi. kita melewati begitu banyak pergantian musim dan transisi hati. mencoba memperjuangkan yang ada hingga rasanya tak ada yang perlu kau perjuangkan lagi bagimu. masa-masa yang terasa sejuk namun berbeda. lewat cahaya datangmu yang redup aku bisa merasa gemerlap gulita. menapakkan jejak-jejak kegelisahan. mataku letih, letih menyerapi masa. gurat-gurat nadiku terdengar lemah. hatiku haus akan mengerti, apa yang sebenarnya kita mau raih dalam perjalanan panjang yng sebenarnya kita sendiri tak tahu dimana akhirnya? mengapa kau mau semua perjalanan ini sia-sia? bukankah sudah terlalu banyak yang kita korbankan dan terkuras?

Kepada kamu sang penerima suratku,
aku terlalu lemah terhadapmu. redup. cahaya yang biasanya terpancarkan telah pudar. sekarang aku menangis sendiri dalam kegelapan. aku takut kembali bernaung pada masa lalu, bernaung pada keindahan itu. aku takut luka itu terobek lagi. untuk yang kesekian kali. tapi aku tak pandai menutupi bahwa aku tak dapat membendung rindu yang makin pekat ini. aku takut bayang-bayangmu selalu mengikutiku tanpa henti tanpa bisa ditolak. aku butuh kehadiranmu, tuan. pun benci dengan kenyataan bahwa kau tak hadir lagi untukku.
februari, 2014

andaikan waktu dapat ku ulang. kan ku hentikan rasa cintaku sebelum ia tumbuh. takkan ku biarkan kamu sempat masuk dan memenuhi hatiku. akan ku bunuh perasaan ini secepat mungkin. dan membiarkanmu lewat tanpa pernah singgah, tanpa meninggalkan jejak. mengusirmu dari pikiranku dan menutup rapat-rapat setiap celah yang terbuka. agar aku tidak sesulit ini, karena mencintaimu sungguh sebuah anugrah yang paling sulit ku jalani sendiri.

----------***----------

 kata kunci : sajak-sajak patah hati, kata-kata cantik, sajak-sajak kehilangan, sajak-sajak ditinggalkan orang, sajak-sajak masalalu, puisi tentang menunggu, sajak-sajak galau, puisi tentang kehilangan seseorang, sajak-sajak sedih, puisi tentang patah hati, puisi tentang ditinggalkan seseorang, puisi tentang masalalu, sajak-sajak masalalu, puisi cantik, puisi tentang melupakan masalalu, puisi tentang kekecewaan, puisi tentang penyesalan, puisi tentang merindukan seseorang, puisi tentang meninggalkan orang

13 komentar:

  1. walah ada yang gagal move on...
    ada banyak warna warna untuk mengisi februari, kenapa harus pink? kan masih banyak warna2 lain sama banyaknya kayak jomblo yang membuka celah di hatinya untuk deket sama kamu :)

    BalasHapus
  2. Ketika kita mencoba sekeras mungkin untuk melupakan sekeras itu pula kenangan itu akan mendekati kita. Biarkanlah semua berlalu bersama waktu.

    Karena aku mengalaminya. dan kami adalah sahabat erat saat ini :)

    BalasHapus
  3. Februari [tidak selalu] identik dengan pink kok Kak, tergantung bagaimana kita menilai bulan itu, dan mewarnai bulan itu sendiri, kitalah yang memberi warna bukan diberi warna :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gue setuju sama komentar ini. Mari bikin warna sendiri :))

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Hmm aganwati ane jadi ikutan sedih gini + flashback :')

    Yang ingin belajar Tutorial ngeblog klik » Cara Lukman

    BalasHapus
  6. wah semngat yah di tiap kisah ada cerita dan hikmahnya semoga bisa nambah keimanan dan ketakwaan karena inti hidup ya buat ibadah sama Allah abis itu done... hehe ^-^

    BalasHapus

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)