Starry Sun

Rabu, 23 Oktober 2013

setelah kepergianmu

Aku masih melihatmu di sekitarku. Menatapmu dari jauh, menunggu sekelebat bayangmu dari balik dinding yang ku tamengi, dan melirik ke tempat biasa kamu berada di setiapku melewatinya. Aku masih melakukannya untukmu. Secara diam-diam. Cukup aku yang merasa dag dig dug dan berbunga-bunga beriringan dengan sedih melihat keberadaanmu. Karena tak ada jalan lain untukku dapat temukan keberadaanmu. Kamu menghindar sejak saat itu, sejak saat kamu meluluhlantakkan segenap perasaanku.

Kamu datang dan berlalu dengan cepat (lagi), seperti senja yang turun menemui gelapnya. Walaupun terhitung bulan kamu cukup lama menetap. Namun tak pernah cukup bagiku kehadiranmu selamaku masih bertahan pada poros cinta.
Ku cintai kamu dengan begitu hati-hati. Aku tak ingin sedikitpun goresan menyentuh cintaku untukmu. Karena aku hanya ingin mempersembahkan cinta murni untukmu. Ternyata aku mengekspektasi perasaanmu terlalu tinggi. Dan itu dosa besar yang ku perbuat dalam hubungan ini. Aku cinta sendiri pada akhirnya? Aku yang kalah dalam permainan ini?

Sekarang, setelah kepergianmu. Kemanapun aku mencari, hubungan kita sudah mati tak terselamatkan lagi. Kita kehilangan kemudi yang pada akhirnya menghentikan kereta kita. Tidak ada masinis yang memandu. Kita sampai disini, atas keputusanmu.

Mataku memendung, seperti langit yang gerimis sore itu. Membawaku ke jendela memori setiap jengkal detik yang ku gunakan untuk mencintaimu. Setiap embun yang menumpuk dan turun merupakan bagian dari kenangan yang berusaha aku matikan baranya, sungguh terlalu panas untuk ku simpan sendiri. Aku sangat menginginkan hujan ini reda. sudah tak sanggup lagi aku menurunkan puluhan titik embun yang mati di ujung daguku. Tuhan, tolon tunjukkan cara meredakan hujan dengan sendirinya.

Ku tatap manik matamu dengan pekat dan sangat dalam, mencari sisa-sisa penyesalan yang ada. Tapi kamu menghindar sebelum aku sampai pada dasarnya. Aku hanya sampai pada cermin, aku menemukan diriku yang dulu disana. Yang sangat kau cintai dengan dalam tanpa ku balas dengan dalam juga. Ku nikmati setiap karma yang sedang menelanku karena kau mampu menguras perasaan yang aku punya sekarang tanpa dapat ku tahan. tanpa ampun ku terhujani rasa penyesalan yang melumpuhkan sistem otakku.

Pada hakekatnya kita dapat saling mengobati luka-luka bodoh yang tercipta atas egois kita sendiri. Tapi kita saling menutup. Ntah maumu atau tidak, yang jelas sudah pasti aku tidak menginginkan itu. Dengan sigap rindu mengerogoti benteng pertahananku. Aku berbasuh air mata. Lagi. Dan untuk yang ke sekian kali. Hingga aku lupa hitungan ke berapa. Dengan hati-hati aku mengeluarkan lirihnya jeritan hati 'jangan tinggalkan aku sendiri' bercampur dengan titik-titik air mata yang mulai menganaksungai.

Demi tuhan, aku belum bisa menghentikan kekagumanku akanmu. Masih dengan tatapan yang sama, aku mencuri lirik ketika sekelebat bayanganmu muncul. Untuk menyapamu saja aku tidak mempunyai energi yang cukup. Cukup hancur berkeping-keping ketika aku hanya dapat berjalan di belakang punggungmu tanpa dapat mensejajarkan langkah dan menggandeng manja lengan gagahmu. Seperti dulu..

Kekuatan magis apalagi yang mampu tumbuh dalam diriku dengan segenap sisa hati yang hancur untuk berani melontarkan sebuah ragu 'apa kamu merasakan hal yang sama? Apa kamu tersiksa rindu tak berbalas? Apa kamu tidak terlelap karena memikirkanku?' Seperti yang ku lakukan setelah kau pergi. Dengan bodohnya menunggumu kembali.

Setelah kepergianmu, derasnya ombak waktu menjadi semakin lambat berangsur tenang. Waktu berjalan lama, menjadikan aku menikmati lukanya lebih lama dan dalam. Maka dari itu, ku cari dimana letak paling sakit atas itu. Dan setelah kepergianmu, perasaan ini masih ada. Walaupun aku berusaha mencibirmu, itu karena aku tidak pernah siap untuk ditinggalkanmu

----------***----------

 kata kunci : sajak-sajak patah hati, kata-kata cantik, sajak-sajak kehilangan, sajak-sajak ditinggalkan orang, sajak-sajak masalalu, puisi tentang menunggu, sajak-sajak galau, puisi tentang kehilangan seseorang, sajak-sajak sedih, puisi tentang patah hati, puisi tentang ditinggalkan seseorang, puisi tentang masalalu, sajak-sajak masalalu, puisi cantik, puisi tentang melupakan masalalu, puisi tentang kekecewaan, puisi tentang penyesalan, puisi tentang merindukan seseorang, puisi tentang meninggalkan orang

2 komentar:

  1. tidah ada orang yang siap di tinggalkan,,tp dari sebuah pertemuan pasti ada satu perpisahan,,keep move on kakaak :))
    salam EPICENTRUM mampir ya kaakaak :))

    BalasHapus

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)