Starry Sun

Sabtu, 07 September 2013

yang pantas ditunggu

Aku menimang-nimang handphone yang ku gunakan setengah jam yang lalu untuk menghubungimu yang ke sekian kali. Jarum pendek di wekerku sudah bergerak satu angka, selama itulah aku menunggumu. Dan ketika benda itu bergetar, sungguh demi tuhan aku mengharapkanmu. Ternyata? Nihil.
Bicara soal lelah, sudah pasti kamu tau rasanya menjadi aku. Merasakan betapa lelahnya memikul hubungan ini. Sendirian.

Benakku bertanya hebat, adakah aku pernah terlintas di pikiranmu sebelum yang lain? Oh mengapa aku bertanya seperti itu? Karena aku selalu menjadi yang ke sekian bagimu. Tak ada yang lebih tidak penting dariku bagimu. Hingga mungkin kamu mencari apa yang bisa didahulukan lagi sebelum pada akhirnya kamu bergumam untukku. Iya, aku selalu pilihan terakhir dan menjadi yang paling terakhir.

Kamu tau rasanya merindukan seseorang yang berada di depan matamu? Aku mengalaminya. Kamu berada disini, tampak, terdesir, tersentuh, tapi aku sangat merindukanmu. Aku merindukan kamu bicara soal rindu dengan sendirinya dan menujukannya kepadaku secara manja. Dengan nada suara yang naik turun dari seberang sana. Aku merindukan sapaan hangatmu di mentari pagi memastikan aku sudah selesai dengan sarapanku dan bicara tentang hati-hati saat ku bepergian

Aku merindukan gundahmu dengan mengirim banyak pesan atau menghubungiku berkali-kali ketika aku tidak kunjung membalas sapaanmu. Atau ketika kamu menawari menemaniku bepergian walaupun sebenarnya aku bisa pergi dan pulang sendiri. Dimana kamu? Kamu berada dimana sekarang? Siapa ini? Ini bukan kamu, aku sangat mengenalmu. Dan tidak seperti ini
Beginikah dirimu sekarang? Aku harus dengan ekstra keras untuk mencairkan hatimu guna mendapatkan secercah perhatian. Sebeginikah? Tak pernah aku bayangkan, bahkan terbersit pun tidak, menemukanmu menjelma menjadi orang yang tidak ku kenal sepenuhnya.

Aku sendirian dalam hiruk pikuk yang mendekat. Aku menelaah ke segala sudut, menginginkanmu, berharap menemukanmu untuk mengisi sepiku. Karena hanya kamu yang mengisi setiap sudut ceriaku. Ketika aku tak lagi menemukanmu, maka tak peduli betapa ingar bingar hidup ini, aku tetap tidak akan menemukan lagu pemeriah hidupku
di sepanjang detik malam ku menunggu, mengimpikan panggilan rindu yang hangat milik seseorang yang pantas ku tunggu. Hai gadis, alangkah merananya dirimu. Untuk mendapatkan panggilan rindu saja kau harus bermimpi. Sungguh duniamu tidak lagi bersahabat denganmu. Mengerikan.

Tak sedikit aku menyinggung diriku sendiri, berusaha untuk membangunkan aku dari mimpi buruk. Tapi ntahlah, setiap nyataku menyabet sakit akan impian-impianku, alam bawah sadarku mengobatinya dengan penuh kasih. Lantas, sampai kapan ini? Sampai aku menemukan pangeran dari khayangan untuk menyadarkanku? Ah gadis, kamu sudah tersesat sangat jauh.
Kembali lagi, handphone yang selalu aku genggam itu tidak pernah meneriakkan kekhawatiran untukku, dari yang menurutku pantas untuk ditunggu. Lantas, sebaiknya aku terlelap untuk menemuinya dari alam bawah sadarku yang percaya impian.
Menurutmu, bagaimana?

----------***----------

 kata kunci : sajak-sajak patah hati, kata-kata cantik, sajak-sajak kehilangan, sajak-sajak ditinggalkan orang, sajak-sajak masalalu, puisi tentang menunggu, sajak-sajak galau, puisi tentang kehilangan seseorang, sajak-sajak sedih, puisi tentang patah hati, puisi tentang ditinggalkan seseorang, puisi tentang masalalu, sajak-sajak masalalu, puisi cantik, puisi tentang melupakan masalalu, puisi tentang kekecewaan, puisi tentang penyesalan, puisi tentang merindukan seseorang, puisi tentang meninggalkan orang

1 komentar:

  1. interesting articles and commentaries friend, I became interested in reading, I introduce a new blogger from Indonesia origin. greetings

    BalasHapus

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)