Starry Sun

Selasa, 24 September 2013

menunggu segelas cinta di setiap fajar

Cintamu seperti air bagi bumi yang mengisi sebagiannya, kebutuhan bagiku. Cinta itu keikhlasan. Cinta itu kemauan. Cinta itu perjuangan. Cinta itu.. kamu. Bagiku. Namun itu semu bagimu. Hanya bayangan yang tak pernah teranggap hadirnya.
Kurang bertahan apa aku? Manahan pikulan beban perasaan tersemat erat di pundak dan hatiku sendirian. Menanggung perihnya setiap sayatan lidahmu hingga aku terjatuh dan kehilangan titik tumpu
Kurang setia apa aku? Menunggu kedatanganmu setiap malam dalam kata-kata bahkan menunggu balasan celotehanku hingga waktu meninabobokanku dalam tanya hingga mentari fajar membukakan mataku, dan aku hanya menemukan hampa tanpa ada balasan
Rasanya seperti ada bongkahan es menghujaniku beberapa pekan ini. Dingin dan menyakitkan, juga menyesakkan rupanya. Ketika harapan menjadi kelabu hanya dengan satu entakan keras yang meninggalkan serpihan-serpihan luka yang melebar menjadi pesakitan

Derasnya ombak waktu menghantam kita rupanya sayang. Aku tak kuat menahannya sendirian sedangkan kamu memilih menghindar. Aku bisa apa? Jadilah aku kalah dan tenggelam dalam arus waktu. Jadilah ia memisahkan kita dalam ruang yang berbeda. Jadilah kamu makin meninggalkanku tanpa berusaha ingin menyelamatkanku.

Aku berjuang sendiri, dengan separuh hatiku yang pecah seribu. Berusaha menyebrangi arus waktu untuk mengalahkannya untukmu.
 Aku berharap bersama dengan deburan air hujan yang turun sore ini, semua rasa sakit yang menghimpit terbawa alirannya menjauh. Menyembuhkan separuh hati yang masih tersisa. Ku biarkan suara ombak mengisi setiap sudut kekosongan hati untuk sedikit memeriahkan sepi yang kian menjadi teman baikku selagi menunggumu kembali.

Kamu merampas habis cinta yang aku punya. Tapi tidak untuk kau simpan dalam hangat, namun untuk kau cabik dengan buas. Tinggallah koyakan koyakan berdarah yang membasuh air mata dengan teriakan erangan kesakitan yang amat sangat tercipta dengan melodi rintihan isakan tangis yang terdengar merdu di telingamu namun mengosongkan setiap tetes energiku. Raja tega rupanya kau sayang.

Jika aku bukan jalan pulang bagimu, mengapa kau masih membiarkan aku yang bertahan dalam kisah ini dengan mengecap pahitnya egoismu di setiap lembaran waktuku. kemana kebiasaan manis kita yang saling mencari dan saling menemukan? Untuk kemudian menjalani hari-hari dengan latar merah muda. Aku rindu segelas cinta yang hangat di setiap fajarku yang selalu kau tawarkan. Ketika catatan rinduku yang tersirat tidak pernah bisa tertangkap olehmu. Mungkin aku tidak pernah kau jadikan tujuan dalam pencarianmu.

Aku telah berusaha mensejajarkan langkah tapi kau tetap meninggalkanku. Sampai ku tak tahu lagi apa yang seharusnya aku perbuat. Cinta ini butakanku, dari setiap tangan tulus yang ingin menyelamatkanku dari kisah berdarah-darah ini. Mereka yang melihat pun tak tahan sayang, inilah hebatnya kekuatan cinta yang hebatkanku. Namun sekali lagi, ini sungguh semu bagimu. masih tentang lagu ibaan untuk hati yang kehilangan separuhnya. Aku tidak dapat melanjutkan hidupku hanya dengan setengah hati yang tersisa. Sungguh aku tak dapat mencecap rasa kebahagiaan yang ingin hadir, ia hanya angin lalu dan berlalu sangat cepat tanpa membekas.

Nafasku memburu, mataku berkaca-kaca, aliran darahku menderas, kepalaku memanas, dan bahuku berguncang-guncang. Untuk ke ribuan kalinya aku berbasuh airmata, ketika pada akhirnya kata perpisahan dengan lancarnya kau luncurkan dari bibirmu. Aku sudah sekuat tenaga menahanmu untuk tidak pergi, haruskah aku berlutut dan menarik-narik lenganmu agar tidak meninggalkanku?

Kau buat aku tak berarti, kau abaikan aku tanpa peduli pengorbanan yang ku lakukan. Sengaja menunjukkan pahit agar membuatku kecewa, agar membuatku terluka, agar membuatku hendak pergi. Tapi apa sayang? Aku bertahan untukmu. Dan lagi lagi, kau tak melihat tulus pengorbanan yang tercipta dari rusukku.

Kisah kita seperti berjalan diatas pecahan kaca, setiap langkahnya menuai luka. Dimana segelas cinta di setiap fajar yang dulu? Mengapa sekarang kau gantikan dengan segelas ego di setiap waktumu? Membiarkanku menyesapnya dengan bagian luka yang tercipta. aku menunggumu kembali. Aku menunggu setiap titik perubahanmu yang akan menjadi satu jalur menuju kebahagiaan bagiku, bagimu. Bagi kita.

Kamu berjanji akan hadir lagi esok. Tapi celakanya aku harus mengucapkannya di setiap lembaran hitam darah hari-hariku. Kenyataannya adalah semu. kamu tidak akan pernah hadir lagi. Karena kita hidup pada hari ini, bukan esok hari

----------***----------

 kata kunci : sajak-sajak patah hati, kata-kata cantik, sajak-sajak kehilangan, sajak-sajak ditinggalkan orang, sajak-sajak masalalu, puisi tentang menunggu, sajak-sajak galau, puisi tentang kehilangan seseorang, sajak-sajak sedih, puisi tentang patah hati, puisi tentang ditinggalkan seseorang, puisi tentang masalalu, sajak-sajak masalalu, puisi cantik, puisi tentang melupakan masalalu, puisi tentang kekecewaan, puisi tentang penyesalan, puisi tentang merindukan seseorang, puisi tentang meninggalkan orang

1 komentar:

  1. Followback blog aku ya lady http://febriypondlif.blogspot.com/ :')

    BalasHapus

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)