Starry Sun

Sabtu, 22 Juni 2013

kamu yang (dulu) sempat aku cintai

mari bermain denganku. bermain dengan untaian sketsa hidup yang meski pahit akan tetap membuatmu tersenyum. ya, kenangan. kau hebat bermain didalamnya. ntah seberapa pahit aku meneguk kenangan yang sudah busuk ku simpan, tetap meninggalkan bercak manis di sekujur lidahku. oh tidak juga, ada begitu banyak untaian merah muda yang kau ciptakan dan kita gambarkan.

berpuluh puluh bulan yang lalu, masih segar di ingatanku. betapa gugupnya aku menunjukkan kupu-kupu yang terbang liar ntah darimana di dalam perutku. dengan ribuan drum yang menggebuk-gebuk dadaku dan palu yang membuat kepalaku panas. kamu bisa melihatnya sayang? aku habis dimakan ketakutan. menunggumu mengangguk dan menyunggingkan senyum selama beberapa menit saja sudah membuatku diguyur gemetaran. aku yakin kamu tau, dan aku yakin kamu bahagia melihat sosokku yang loncat dan berteriak kegirangan. aku akan memulai mengarungi hidup bersama sosok pendamping yang menjadi alasan aku melanjutkan detik dunia
aku tau kita bahagia menjalani setapak demi setapak jalan dengan bergandengan. walaupun hidup bersama tak mudah, meski kerikil menyakitkan tumpuan kita, tapi aku yakin pada saat itu untuk tetap melanjutkan menyusuri jalan setapak denganmu.

ada begitu banyak sakura bermekaran yang menemani perjalanan kita, juga kupu-kupu cantik berterbangan, kita saling menjaga dikala malam dan saling meriah di kala matahari menerpa. sampai aku lupa sudah berapa lama kita saling memandu dalam perjalanan ini. hingga pada akhirnya musim semi mulai pudar.

kamu berjalan beberapa langkah di depanku dan menyuruhku untuk cepat, sedangkan aku tidak bisa mensejajarkan langkahmu. kamu ingin cepat sampai, sedangkan aku belum siap untuk sampai. kamu tak peduli lagi dengan sakura yang mulai habis karena gugur, sedangkan aku mulai tak nyaman dengan perpindahan musim.

kita mulai memikirkan masa depan. dan kamu mencoba memimpin, menarikku untuk berlari kecil menyusuri daun-daun kering peneman musim gugur. aku lelah sayang. ternyata kamu lebih terobsesi mencapai puncak lebih dulu. kamu mulai tidak sabar dan mencengkam jemariku lebih erat untuk disegerakan. tapi ketika kamu makin erat menariknya, aku jatuh..

aku bersimbah keringat dan gemetar. kamu makin berang karena aku tidak mampu mensejajarkan langkah. aku lelah.. aku tidak bisa mengikuti langkahmu yang terlalu cepat. langkahmu yang seiring berlomba dengan musim gugur. kamu berusaha untuk menunggu aku pulih, merawat luka akibat dari tarikan erat yang menjatuhkanku. hal itu menghangatkan musim gugur kita yang terlalu panas. tapi, sekali lagi. kamu mengeluh ingin cepat sampai dan memaksaku untuk melanjutkan perjalanan. ku coba lakukan, demi menahanmu sejenak.

kamu tau aku belum pulih, tapi tetap kamu menarik jemariku erat dengan langkah cepat. iyalah aku terjatuh lagi. tapi kali ini kamu berang dan marah dan pada  akhirnya, aku menatap punggungmu yang menjauh. meninggalkan aku yang masih belum bisa berdiri.

aku tidak memintamu untuk tinggal, tapi aku berharap kamu melakukannya untukku. tapi hingga kini, harapan memang tetap selalu menjadi harapan. aku tidak pernah membayangkan kamu melakukannya, tapi sekali lagi. harapan memang tetap selalu menjadi harapan.

aku melihatmu setengah berlari sambil sesekali menatap ke belakang. memastikan aku mengejar atau tidak. tapi maaf sayang, aku belum sanggup untuk mengejarmu. aku masih terlalu lelah untuk melanjutkan perjalananku. bahkan mungkin aku tidak ingin mengambil jalan yang sama denganmu ketika nanti aku menemukan persimpangan. aku yakin untuk tidak sampai ada puncak yang sama denganmu. karena kecewa adalah alasan paling pantas untuk membuatku meninggalkan untaian sketsa yang pernah kita rajut sebelumnya. bahkan museum masih terlalu mewah untuk meletakkan sketsa itu.

disini, sekarang. aku berdiri diatas puncak. dengan sisa-sisa tenagaku dan bekas balutan luka aku sampai di puncak dengan jalanku sendiri yang aku tapaki. lihat sayang, aku bisa sampai pada puncak, meski tanpamu.
untaian merah muda yang kita buat, akan aku simpan dalam-dalam. yang suatu saat, mungkin bisa kita lihat bersama. tentu dengan jarak yang membentang

----------***----------

 kata kunci : sajak-sajak patah hati, kata-kata cantik, sajak-sajak kehilangan, sajak-sajak ditinggalkan orang, sajak-sajak masalalu, puisi tentang menunggu, sajak-sajak galau, puisi tentang kehilangan seseorang, sajak-sajak sedih, puisi tentang patah hati, puisi tentang ditinggalkan seseorang, puisi tentang masalalu, sajak-sajak masalalu, puisi cantik, puisi tentang melupakan masalalu, puisi tentang kekecewaan, puisi tentang penyesalan, puisi tentang merindukan seseorang, puisi tentang meninggalkan orang

13 komentar:

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)