Starry Sun

Minggu, 28 April 2013

lilin dalam badai

malam ini, menyusuri jalan adalah pilihanku. aku menemukanmu, di sebuah taman di samping jalan yang ku susuri. ku dekati, ternyata kamu sedang menangis. aku bingung,dan bertanya ada apa? kamu hanya menoleh dan menyunggingkan senyum. setiap hari ku lewati taman, hanya ingin melihatmu, menghampiri dan penasaran apa yang kau peluk itu selama berkabung. dari sinilah semua dimulai.
ini sudah hari ke berapa puluh, bahkan ratusan. aku tak pernah tau apa yang ada di pelukanmu. yang aku tau, itu penyebab kamu berada di taman ini sendirian, bertemankan lampu taman yang temaram.

aku berusaha menghiburmu, mencerna dari setiap tetesan airmatamu. menemukan bahwa ada badai yang sedang berusaha kamu lewati. apa itu? akhirnya aku berani bertanya apa yang kamu peluk penuh harap. sebuah buku tersodor oleh tangan yang basah dan gemetar. ku ambil, dan ku buka. halaman pertama berisi fotomu, bersama seorang pria. halaman berikutnya ada sepenggal prolog dengan beberapa foto. halaman-halaman berikutnya ada begitu banyak barisan dengan tinta merah muda tertulis rapi. dan ada sebuah halaman berisi mawar putih yang telah kering dengan bertuliskan tinta hitam 'darimu yang terakhir.

dan halaman demi halaman berikutnya, berisi tulisan yang bernada sayatan, sendu dan temaram. melukiskan hati yang berdarah. tulisan itu gemetar, berbercak airmata, dan kusam. aku tau apa yang terjadi. badai sedang menyelimutimu.

ku sodorkan buku itu, dan ku biarkan ia menangis sepanjang malam. hingga malam-malam berikutnya. aku disampingmu, cantik. aku menemanimu. jangan takut sendirian, aku akan menunggumu dengan dekapan yang terulur. dengan tawaran mengeluarkanmu dari badai.
hingga pada malam ke ntah berapa, aku sudah tak sanggup lagi menghitung. kau tidak ada di taman itu, juga lampu temaram yang biasa menemanimu. disana gelap gulita. aku mencari dan memanggilmu dengan keras. dimana kamu? dimana?

di dalam sebuah labirin disana, iya kamu disana. aku menemukan lilin menyala di depan pintu masuknya. ku ambil, dan mulai memasuki labirin. gelap.. gulita.. sunyi.. aku sendiri ketakutan.. apalagi kamu yang sendirian dan menangis. aku mendengar suaramu, isakan ketakutan. menunggu ditemukan. aku memanggilmu, dan kamu menyahut. dimana kamu? dimana? aku berlari dalam labirin ini membawakanmu lilin, mengusir kegelapan dan akan ku suguhkan jaket hangat. dimana kamu? beritahu aku..

kamu menjerit, aku mendengar. kamu menangis, aku menahan, kamu memanggil, aku menyahutimu, kamu memintaku untuk mencari, maka ku lakukan itu. kadang aku merasa kita begitu dekat, aku dapat mendengar dengusan nafas menggigilmu sehingga aku bergerak makin cepat ingin segera menemukanmu. kadang aku merasa kita sangat jauh, karena selama aku mencari suaramu makin lemah dan terdengar jauh dibawa angin malam.

aku kehabisan arah. rasanya sudah terkuras tenagaku. aku disini tidak hanya semalam. aku disini bermalam-malam. menyusuri labirin yang gelap untuk menemukanmu. mengapa hanya aku yang mencari? mengapa kamu tidak juga mencari? bukankah kita bisa saling menemukan? lilin ini hampir padam, sayang. lilin yang menjadi kekuatanku untuk tetap mencarimu. lilin ini sudah hampir habis, tapi kamu tak kunjung ditemukan. mengapa harus sia-sia? penantianmu menungguku sampai dan pencarianku yang melelahkan. tidakkah kamu ingin mencegahnya menjadi tidak sia-sia? karena sepertinya hanya aku yang berjuang.

isak tangismu sudah tidak lagi menggema, bahkan teriakanmu sudah terdengar sangat jauh. rintihanmu untuk menuntunku kepadamu sudah terdengar seperti bisikan keputusasaan. sedangkan lilin yang menemaniku, sudah hampir menemukan ujungnya. aku seperti berputar-putar saja. kamu menyemangatiku seakan aku sudah hampir sampai, tapi kemana? aku tak menemukanmu, sayang. aku lelah. jujur saja..

pada akhirnya aku hampir menyerah, aku berbalik arah walaupun aku bisa mendengar kekecewaan dari rintihanmu. lilin ini sudah hampir padam, sudah ku katakan. tapi kamu memaksaku untuk terus mencari. kamu menyuruhku mencarimu dalam gelap tanpa penerangan? bahkan dengan adanya lilin saja kamu tak mampu ku temukan. sekali lagi, mengapa hanya aku yang berjuang?
saat aku hampir sampai di pintu keluar, kamu memanggilku dengan sisa-sisa tenagamu. menawarkanku untuk menunjukkan dimana letak lilin baru sebagai bekal peneranganku selanjutnya. aku menoleh dengan wajah peluh dan bermandikan keringat. tertanda bahwa aku lelah untuk melanjutkan perjalanan. tapi kamu menunjukkan bahwa sangat ingin ditemukan, membuatku ingin melangkah lagi. tapi apa ini benar jalan yang lurus? atau kamu hanya berusaha menahanku lebih lama untuk menjadikanmu tidak sendirian dalam badai, untuk membuat aku juga merasakan betapa lelahnya kamu. dengan cara mempermainkanku seperti ini.mengapa tidak kita mencari lilin itu bersama-sama. dan menyusuri labirin ini dengan menyatukan kekuatan. yakinlah bahwa itu akan semakin cepat mengeluarkan kita dari badai.

aku mengangguk, akan ku cari lilin itu. tapi, menyusuri jalan ke arah pintu keluar. jika aku menemukan lilin sebelum sampai pintu keluar, maka akan ku cari kamu dengan sisa tenagaku. namun, jika lilin itu tak juga ditemukan hingga aku sampai pada pintu keluar, maafkan aku tidak bisa melanjutkan perjalanan untuk menyelamatkanmu dari badai. aku akan menunggumu di pintu keluar, hingga badai berlalu.

----------***----------

kata kunci : sajak-sajak patah hati, kata-kata cantik, sajak-sajak kehilangan, sajak-sajak ditinggalkan orang, sajak-sajak masalalu, puisi tentang menunggu, sajak-sajak galau, puisi tentang kehilangan seseorang, sajak-sajak sedih, puisi tentang patah hati, puisi tentang ditinggalkan seseorang, puisi tentang masalalu, sajak-sajak masalalu, puisi cantik, puisi tentang melupakan masalalu, puisi tentang kekecewaan, puisi tentang penyesalan, puisi tentang merindukan seseorang, puisi tentang meninggalkan orang

9 komentar:

penulis sangat membutuhkan kritik, saran serta semangat :)